REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketersediaan unit rusunawa untuk warga relokasi, menjadi kendala normalisasi Sungai Ciliwung. Masih ada 30 tower rusunawa yang saat ini masih dalam tahap pembangunan.
"Relokasi itu memang membutuhkan waktu karena ada yang memakan trase, ada yang harus dibebaskan. Rusunnya sendiri masih banyak yang belum selesai," ujar anggota DPRD DKI komisi D Bestari Barus kepada Republika.co.id pada Kamis (7/9).
Ia mengakui bahwa warga yang direlokasi memiliki tanah dengan sertifikat atau girik, sehingga perlu mendapatkan penggantian hunian.
Menurut Bestari, sejauh ini anggaran dan lahan untuk keperluan rusunawa telah siap. Hanya saja pada waktu pelelangan baru, agak kesulitan karena adanya metode pelelangan baru.
"Karena biasanya rusun itu harus bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun. Dengan terpotong design and build itu saja baru selesai di bulan 4. Jadi nggak nutup waktunya," jelas Bestari.
Menurut Bestari, seharusnya dilakukan sebelum tahun anggaran. Sehingga bulan Januari sudah mulai pembangunan dan bisa selesai dalam waktu satu tahun.
"Maka kita minta kepada dinas, minggu lalu kita rapat kerja. Agar polanya diselesaikan pada kebutuhan sehingga tidak terjadi perlambatan pada administrasi," ujar Bestari.
Bestari berharap masalah normalisasi ini segera diselesaikan karena untuk kepentingan yang lebih banyak. Ia memohon pengertian masyarakat.
Menurutnya DPRD juga tidak bisa menghalangi kerja eksekutif. Legislatif mendukung, mendorong, namun mengisyarakatkan agar percepatan pembangunan rumah susun sudah dirancang dengan baik.