REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pejuang anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu mendesak pemimpin Myanmar sekaligus peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi agar segera bertindak tegas membantu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari negaranya. Dirinya mengaku sedih melihat nasib minoritas Muslim Rohingya yang diberlakukan tidak adil.
"Saya sekarang tua, jompo dan pensiun secara resmi. Namun melanggar sumpah saya untuk tetap diam dalam urusan publik, melihat kesedihan yang mendalam tentang nasib minoritas Muslim di negara Anda, Rohingya," ungkap Tutu dalam sebuha surat terbuka pada Suu Kyi, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/9).
Tutu juga mendoakan, agar Suu Kyi dapat berani untuk berbicara atas nama keadilan, hak asasi manusida dan kesatuan masyarakat di Myanmar, khususnya Rohingya. Sebab, sekitar 1,1 juta Muslim Rohignya telah lama mengeluhkan penganiayaan yang menimpa mereka.
"Saudaraku terkasih, kami mendoakan Anda agar bisa turun dan campur tangan mengatasi krisis kemanusiaan ini. Telah lama Rohingya mendapat penganiayaan karena dianggap migran ilegal," tegas Tutu.
Menanggapi banyaknya desakan tersebut, beberapa waktu yang lalu, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi akhirnya buka suara. Dia menyatakan bahwa pemerintahannya sangat mengerti arti dari mencabut perlindungan hak asasi dan demokrasi. "Jadi kami memastikan bahwa semua orang di negara kita berhak dilindungi hak-haknya, tidak hanya membela hak politiknya, tapi juga sosial dan kemanusiaan," kata Suu Kyi seperti dilansir BBC pada Rabu (6/9).