REPUBLIKA.CO.ID, INDIANA -- Produsen obat Amerika Serikat (AS) Eli Lily berencana akan mengurangi sekitar 8 persen karyawannya di tinglat global dan menutup beberapa fasilitas dalam rangka melakukan efisiensi. Terdapat sekitar 3.500 karyawan yang akan dirumahkan melalui program pensiun dini.
"Keputusan ini akan menjadikan perusahaan menjadi lebih efisien dan mempercepat kemajuan untuk jangka panjang, selain itu akan meningkatkan pendapatan seta memperluas marjin operasional," ujar Chief Executive Eli Lily David A. Ricks dilansir BBC News, Jumat (8/9).
Melalui pengurangan karyawan tersebut, diperkirakan Eli Lily dapat menghemat biaya sekitar 500 juta dolar AS per tahun. Perusahaan yang berbasis di Indiana tersebut mempekerjakan sekitar lebih dari 41 ribu orang di seluruh dunia. Pada semester I 2017, perusahaan ini mengantongi pendapatan sebesar 11 miliar dolar AS atau naik 8 persen.
Proses pemutusan hubungan kerja tersebut dilakukan secara bertahap dan akan selesai pada akhir 2017. Selain itu, Eli Lily juga akan menutup kantor riset dan pengembangan di New Jersey dan Shanghai, Cina. Pada Januari 2017, perusahaan ini telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadak 500 karyawannya setelah gagal memproduksi obat Alzheimer.