Jumat 08 Sep 2017 23:17 WIB

Pesan Terakhir Pemuda Tewas Dikeroyok karena Dituding Curi Vape

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Karta Raharja Ucu
Rokok dan Rokok Elektrik (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Rokok dan Rokok Elektrik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembari menahan tangis, Rosani Nina Sari menceritakan bagaimana anaknya, Abi Qowi Suparto, meregang nyawa sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Nyawa pemuda berusia 20 tahun itu melayang setelah dikeroyok sejumlah orang. Abi dikeroyok lantaran diduga mencuri sepeda motor dan sepaket rokok elektrik (Vape) senilai Rp 1,6 juta di Rumah Tua Cape.

Rosani mengatakan, anaknya sempat kritis hingga menemui ajal di Rumah Sakit Tarakan. Saat itu, 28 Agustus 2017, ayah Abi ditelepon seseorang yang mengaku bernama Firman. Firman mengatakan jika anaknya dalam kondisi kritis. Saat itu juga, suaminya mendatangi cabang Rumah Tua Vape di Jalan Penjernihan Raya 29, Tanah Abang Jakarta Pusat. "Kondisi anakku sudah kritis. Dari situ diberi tolong, dibawa ke RS Tanah Abang, dalam kondisi kritis," tutur dia, Jumat (8/9).

Sesampainya di RS Tanah Abang karena perawatan tidak memadai, Abi pun dirujuk ke RS Tarakan. Satu hari di ruang UGD, Abi dipindah ke ICU selama enam hari. "Sampai anakku meninggal tanggal 3 (Agustus) hari Minggu jam lima sore," katanya sambil menahan tangis.

Rosani merawikan, sepekan sebelum kejadian, ia sempat didatangi Abi. Putranya itu meminta maaf. Setelah itu, perempuan berusia 50 tahun itu tidak pernah bertemu lagi dengan anaknya. Hingga akhirnya bertemu saat keadaan Abi telah kritis.

Rosani sendiri heran mengapa anaknya meminta maaf. "Mah aku minta maaf ya. Aku sudah kerja sekarang, aku jadi jadi sopir angkot. Alhamdulillah aku bilang," tutur Rosani menirukan ucapan anaknya.

Ia juga berpesan agar Abi jujur dan menjalan shalat lima waktu. Saat itulah terakhir kali Rosani bertemu anaknya. Rosani mengaku sempat berjanji bertemu anaknya pada Kamis (24/8). "Sejak hari Kamis (24/8) aku tunggu sampai malam kejadian hari Senin tanggal (28/8) itu aku ketemu anakku dalam keadaan kritis, koma selama enam hari. Hari Minggu dia meninggal jam lima sore," kata dia mencoba tabah.

"Kondisi fisiknya lebam, kata dokter ada pendarahan di otak sudah melebar. Kata dokter ya ini karena benda tumpul," ujarnya menceritakan.

Saat anaknya ditemukan babak belur di Rumah Tua Vape Tanah Abang, dia mengaku tidak ikut menjemput. "Yang ikut anakku yang kecil. Dia habis pulang dari rumah sakit bilang 'Mah, mas udah kritis'. Gimana keadaannya? 'Aku ga bisa cerita'," kata dia lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement