Sabtu 09 Sep 2017 00:08 WIB

Indonesia dan Singapura Kerja Sama Mengembangkan Pendidikan Vokasi Industri

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Gita Amanda
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (kedua kanan).
Foto: ROL/Fakhtar K Lubis
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (kedua kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bersama Kementerian Pendidikan (Pendidikan Tinggi dan Keterampilan) Republik Singapura sepakat untuk saling menguatkan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi industri. Langkah sinergi ini diyakini akan mampu meningkatkan perekonomian kedua negara.

Komitmen bilateral tersebut diimplementasikan dalam penandatanganan MoU tentang Kerja Sama Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Industri yang dilakukan Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, bersama Menteri Pendidikan (Pendidikan Tinggi dan Keterampilan) Ong Ye Kung. Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Singapura, Kamis (7/9).

“Kerja sama ini diharapkan dapat mendukung penyediaan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini melalui program link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Jumat (8/9).

Menurut Airlangga, ruang lingkup kerja sama tersebut meliputi pelatihan untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan pelatihan vokasi industri, pengembangan kualitas sistem pendidikan vokasi, serta penyediaan akses dan kesempatan bagi peserta pemagangan industri untuk tenaga pengajar dan siswa. Selain itu, ada pula kerja sama pengembangan kurikulum, pengembangan teknologi dan bantuan tenaga ahli, serta pengembangan standar kualifikasi.

“Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan training untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan pelatihan vokasi industri sebanyak 100 orang pada tahun 2018,” ujar Airlangga.

Dalam penerapannya, kerja sama tersebut akan dikerjakan bersama oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Industri Kemenperin RI dan Institute of Technical Education (ITE) di Singapura. Adapun pelatihan yang dimaksud bertujuan untuk peningkatan kompetensi teknis terutama penciptaan guru-guru produktif SMK di tiga bidang studi, yaitu teknik mesin, instalasi pemanfaatan tenaga listrik dan teknik otomasi industri.

Airlangga menambahkan, program pelatihan ini juga diarahkan untuk pengembangan bagi pimpinan dan manajemen unit pendidikan vokasi.  Nantinya ITE juga diharapkan membuat fasilitas pendidikan vokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan proyek patungan perusahaan Singapura, Sembcorp Development Ltd dengan perusahaan lokal, PT. Jababeka Tbk. Fasilitas yang diberikan terutama penyediaan pengajar untuk mewujudkan prototipe ITE di Indonesia.

Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian Mujiyono mengatakan, saat ini terdapat sembilan SMK dan politeknik, serta satu akademi komunitas yang berada dibawah naungan Kementerian Perindustrian. Menurutnya, sekolah-sekolah kejuruan tersebut setiap tahunnya meluluskan sekitar 5 ribu siswa yang langsung terserap di dunia kerja.

"Ke depan, akan ditambah tujuh politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri dengan program dual system dan sistem blok waktu,” kata Mujiyono.

Dalam upaya mentransformasi pendidikan di Indonesia, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang berkonsep link and match antara industri dengan SMK. Langkah strategis ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.

Sejak Februari 2017, sudah dilakukan tiga tahap peluncuran program tersebut di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, serta Jawa Barat. Dalam hal ini Kementerian Perindustrian menggandeng sebanyak 1.035 SMK dan 307 industri. Pada pekan depan, rencananya bakal diluncurkan program sekolah vokasi untuk wilayah utara Pulau Sumatera yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau

Program ini ditargetkan dapat melibatkan sebanyak 355 perusahaan industri yang akan membina 1.775 SMK sampai 2019 mendatang. Dengan demikian, setiap perusahaan sekurang-kurangnya dapat membina lima SMK, sehingga diharapkan pada 2019 dihasilkan 845 ribu lulusan SMK yang kompeten dan tersertifikasi sesuai dengan kebutuhan industri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement