REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggencarkan kegiatan bedah buku di tingkat perdesaan untuk meningkatkan minat baca sekaligus mendorong kesejahteraan masyarakat setempat.
"Karena semakin banyak membaca kehidupan masyarakat akan semakin sejahtera," kata Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo di Yogyakarta, Jumat (8/9).
Menurut Budi, karena tingkat kemiskinan di DIY banyak di desa-desa, pada 2018 BPAD DIY membuat program bedah buku di 30 desa di DIY dengan melibatkan para pustakawan. Selain bedah buku, upaya lain untuk mendorong minat baca masyarakat adalah dengan menggelar lomba bercerita, menulis, dan bedah buku. "Dengan membaca akan muncul kreativitas dan inovasi sehingga masyarakatnya pasti lebih sejahtera," kata dia.
Meski demikian, kata dia, Yogyakarta tergolong sebagai daerah dengan tingkat minat baca tertinggi di Indonesia dengan indeks baca 0,49 atau lebih tinggi dari indeks nasional yang masih mencapai 0,01. "Jadi di Yogyakarta itu setiap 1.000 orang ada 49 orang yang gemar membaca," kata dia.
Walaupun tertinggi secara nasional, menurut Budi, para pustakawan di Yogyakarta harus tetap berjuang mendorong tingkat baca masyarakat di lima kabupaten/kota karena jika dibandingkan dengan kota-kota di negara maju, Yogyakarta masih kalah. "Sehingga menurut saya 0,49 bukan angka yang membanggakan karena masih banyak kota-kota di negara lain yang memiliki indeks baca lebih tinggi, seperti di Tokyo, Jepang yang indeksnya mencapai 0,51," kata dia.
Ia menilai masih rendahnya minat baca disebabkan upaya mengubah budaya tutur masyarakat menjadi budaya baca tidak mudah. Menurut dia, seluruh desa di DIY telah memiliki perpustakaan. Hanya saja, dari sebanyak 438 perpustakaan desa yang sudah ada, baru 10 persen yang aktif dimanfaatkan masyarakatnya untuk membaca. "Yang perpustakaannya aktif adalah desa-desa yang kepala desanya betul-betul memiliki komitmen mendorong minat baca warganya," kata dia.