REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Badai Irma dikhawatirkan dapat menyerang empat fasilitas industri nuklir terbesar Amerika Serikat (AS) yang terletak di Florida. Angin kuat diperkirakan bergerak ke wilayah selatan negara bagian itu pada Ahad (10/9) pagi.
Sebelumnya, badai kategori lima itu melanda Kuba. Namun, kekuatan angin yang dihasilkan Irma sempat melemah pada Sabtu (9/9) dan memiliki kecepatan sekitar 210 kilometer per jam.
Pusat Bencana Nasional AS mengatakan, Irma kemungkinan dapat kembali menguat saat mulai memasuki sisi barat Semenanjung Florida. Di wilayah itu, terdapat dua reaktor nuklir, yang tepatnya berada di Pabrik Turkey Point.
Karena itu, tidak sedikit yang memperkirakan Irma dapat membuat kecelakaan nuklir di AS. Bahkan, kekhawatiran bahwa bencana ini menjadi seperti apa yang terjadi di Fukushima, Jepang, di mana gempa dan tsunami membuat kebocoran reaktor nuklir.
Operator Listrik dan Daya Florida (FPL) akan menutup pabrik sebelum angin kuat memukul wilayah negara bagian itu. Semua fasilitas nuklir akan ditutup dan sebelumnya dipastikan terlebih dahulu keamanannya.
"Kami akan menutup reaktor nuklir dalam waktu 24 jam sebelum angin dari Badai Irma menerpa wilayah Florida," ujar kepala eksekutif FPL Eric Silagy dalam sebuah konferensi pers, Sabtu (9/9).
Eric juga menjelaskan sebenarnya reaktor nuklir di dua titik selatan Florida memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Namun, tetap ada risiko kehancuran pembangkit tenaga listrik tersebut, yang pada akhirnya berpotensi membuat reaktor tidak dapat berfungsi menyediakan daya mengendalikan dan mengoperasikan pompa untuk proses pendinginan.
Meski demikian, FPL mempersiapkan keamanan berkali lipat untuk menangani kemungkinan terburuk dari Badai Irma. Pabrik nuklir di Florida saat ini mengerahkan lebih banyak staf dan perlatan yang dibutuhkan untuk menangani masalah reaktor.