REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masyarakat Kota Padang, dan daerah lain di pesisir barat Sumatra Barat masih bertanya-tanya terkait kondisi cuaca ekstrem yang belakangan melanda. Kemarin, Sabtu (9/9), Kota Padang bahkan dikepung banjir. Hujan yang melanda tak kurang dari 7 jam sejak siang hari membuat genangan air dan banjir hingga ketinggian 1,5 meter melanda beberapa titik di Padang.
Sejumlah penerbangan juga terpaksa dialihkan dari Bandara Internasional Minangkabu lantaran jarak pandang yang terbatas. Sebetulnya mengapa cuaca ekstrem ini terjadi dan bagaimana potensinya beberapa hari ke depan?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatra Barat menjelaskan bahwa pembentukan awan hujan memang terpantau sepanjang 8-9 September lalu. Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Budi Iman Samiaji mengungkapkan bahwa berdasarkan pantauan dinamika atmosfer pada tanggal 8 dan 9 september 2017, terpantau pola cuaca dominan yaitu adanya pola siklonik yang kuat (daerah tekanan rendah 1005hpa ) di wilayah Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai. Pola ini lah yang mengakibatkan pertumbuhan awan awan hujan.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera Barat, lanjut Budi, pola tekanan rendah ini mengakibatkan terbentuknya daerah belokan angin di wilayah pesisir pantai barat Sumatra Barat. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan awan-awan hujan secara signifikan di pesisir barat seperti Pasaman Barat, Agam, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang, dan Pesisir Selatan bagian utara.
"Awan-awan hujan sudah terpantau di wilayah barat Mentawai pada pagi hari dan bergerak ke timur ke arah daratan Sumatera Barat pada siang hari," ujar Budi, Ahad (10/9).
Hingga tiga hari ke depan, BMKG menyebutkan masih ada potensi hujan sedang hingga lebat. Hanya saja, Budi menilai bahwa intensitas hujan akan mereda hingga dua hari ke depan. Bahkan untuk Ahad (10/9) ini, diperkirakan potensi hujan lebat cukup kecil meski masih ada hujan ringan.
Sejumlah daerah yang masih berpotensi mengalami hujan ringan hingga sedang adalah Kepulauan Mentawai, Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Tiku, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan wilayah pesisir lainnya, terutama pada sore-malam hari. Kondisi ini bisa meluas hingga Padang Panjang, Solok, Bukitinggi, Tanah Datar, dan Pasaman.
Pola tekanan rendah yang masih terpantau di barat Kepulauan Mentawai membuat kewaspadaan atas potensi bencana tetap harus ada. BMKG mengimbau, masyarakat tetap waspada terhadap ancaman bencana ikutan seperti lonsong dan banjir di wilayah Padang, Solok, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Tiku, Mentawai, Pasaman Barat, Pasaman, Agam, dan Pesisir Selatan.
"Pada prinsipnya cuaca ekstrem akan selalu berulang. Namun dengan pola cuaca yang berbeda. Untuk yang sekarang, fenomena akan berkurang dalam 2 hari dan musnah, namun beberapa hari kemudian bisa saja muncul fenomena lain," katanya.
Hujan lebat yang mengguyur Kota Padang dan sekitarnya pada Sabtu (9/9) kemarin memang membuat masyarakat sempat panik. Luapan air masuk ke rumah-rumah warga, bahkan beberapa titik terpantau terjadi banjir dengan ketinggian air 1-1,5 meter.
Badan Penanggalangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang mencatat, beberapa titik yang terpantau banjir adalah seputaran Imam Bondjol dengan ketinggian air 60 cm, Ampalu dengan ketinggian air 1 meter, By Pass Kayu Gadang dengan ketinggian air 1 meter, dan Perumahan Aksara Pengambiran dengan ketinggian air hingga 1,5 meter.
Tak hanya itu, satu rumah dilaporkan mengalami kerusakan hingga ambruk di Lubeg, RT 01 RW 10. Korban atas nama Mahyudin (59 tahun) selamat dan dilarikan ke Rumah Sakit Semen Padang. Sementara seorang bocah berusia 5 tahun, M Aqil Setio, juga sempat hanyut di bawah jembatan Lubeg dekat SMP Negeri 24 Padang. Korban berhasil ditemukan dan dilarikan ke Rumah Sakit Semen Padang.