REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemarau di Tanah Air telah menyebabkan kekeringan. Lebih dari 2.726 desa terdampak kekeringan dan membuat jutaan warga di Pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara merasakan dampaknya.
Kepala Pusat data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meskipun musim kemarau normal pada periode 2017 ini, namun menyebabkan kekeringan dan krisis air di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. "Berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali Operasi (pusdalops) BNPB terdapat sekitar105 kabupaten/kota, 715 kecamatan, dan 2.726 kelurahan/desa yang mengalami kekeringan saat ini di Jawa dan Nusa Tenggara," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (10/9).
Berdasarkan sebaran wilayahnya, kekeringan di Jawa Tengah melanda 1.254 desa yang tersebar di 275 kecamatan dan 30 kabupaten/kota sehingga memberikan dampak kekeringan terdapat 1,41 juta jiwa atau 404.212 kepala keluarga (KK). Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengeluarkan status siaga darurat kekeringan hingga Oktober 2017.
Sementara di Jawa Barat, kekeringan melanda 496 desa di 176 kecamatan dan 27 kabupaten/kota sehingga berdampak kepada 936.328 jiwa penduduk. Delapan kepala daerah kabupaten/kota telah mengeluarkan status siaga darurat kekeringan yaitu Kabupaten Ciamis, Cianjur, Indramayu, Karawang, Kuningan, Sukabumi, Kota Banjar, dan Kota Tasikmalaya.Begitu pula halnya dengan di Jawa Timur, kekeringan melanda 588 desa di 171 kecamatan dan 23 kabupaten/kota.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), kekeringan melanda 318 desa di 71 kecamatan yang tersebar di sembilan kabupaten meliputi Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima dan Kota Bima. Sebanyak 640.048 jiwa atau 127.940 KK masyarakat terdampak kekeringan.
Sedangkan di sembilan kabupaten di Provinsi Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan mengalami darurat kekeringan. Hal itu menyusul sumber-sumber mata air mulai mengering. Sembilan kabupaten yang melaporkan darurat kekeringan itu adalah Flores Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara (TTU), Belu, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya dan Sabu Raijua.
Di Provinsi Yogyakarta, kekeringan melanda di 10 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Di 10 kecamatan tersebut ada 32 desa yang terdampak kekeringan , ada 12.721 Jiwa di dalam 7.621 KK yang terdampak kekeringan di musim kemarau ini. Ia menambahkan, sekitar 3,9 juta jiwa masyarakat terdampak kekeringan sehinga memerlukan bantuan air bersih. Kekeringan juga menyebabkan 56.334 hektare lahan pertanian mengalami sehingga 18.516 hektare lahan pertanian gagal panen.
Karena itu ia menyebut penyaluran air bersih terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan kekeringan dan dampaknya di Provinsi Banten dan Bali masih dilakukan pendataan. Sebagian besar daera-daerah yang terlanda kekeringan adalah daerah-daerah yang pada tahun-tahun sebelumnya juga mengalami kekeringan. Masih tingginya kerusakan lingkungan dan daerah aliran sungai menyebabkan sumber air mengering. Ia mengakui, pasokan air di sungai menyusut drastis selama musim kemarau. Di satu sisi kebutuhan air masih meningkat sehingga kekeringan menahun masih terjadi di wilayah tersebut.
"Upaya yang dilakukan untuk jangka pendek adalah bantuan dropping air bersih melalui tangki air," ujarnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD), relawan, dan dunia usaha telah menyalurkan jutaan liter air bersih kepada masyarakat. Beberapa daerah dijadual untuk pengiriman bantuan air bersih karena keterbatasan mobil tangki air.
Air bersih ini untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. Sedangkan untuk mandi dan cuci warga harus memanfaatkan sumber-sumber mata air dari sungai atau embung-embung. BNPB memberikan bantuan dana siap pakai kepada BPBD yang telah menetapkan status darurat untuk menangani kekeringan.
"Upaya mengatasi kekeringan sudah dilakukan setiap tahun, namun upaya ini belum dapat menuntaskan semuanya," katanya.
Pembangunan sumur bor, pembangunan perpipaan, pemanenan hujan, pembangunan embung, bendung dan waduk telah dapat mengurangi dampak kekeringan. Upaya ini masih terus dilakukan.
Ia menambahkan, diperkirakan kekeringan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2017 mendatang.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis bahwa sebagian besar pulau Jawa saat ini sedang mengalami puncak musim kemarau, dan akan masuk awal musim hujan pada Oktober-November 2017. Awal Musim Hujan 2017/2018 di sebagian besar daerah diprakirakan mulai akhir Oktober-November 2017 sebanyak 260 zona musim (76 persen) dan mengalami puncak musim hujan pada Desember 2017-Februari 2018.