Ahad 10 Sep 2017 16:06 WIB

Dedeh Erawati: Olahraga Itu Harga Diri Bangsa

Dedeh Erawati memegang penghargaan dari Kemenpora pada Haornas 2017.
Foto: Istimewa
Dedeh Erawati memegang penghargaan dari Kemenpora pada Haornas 2017.

REPUBLIKA.CO.ID,  MAGELANG -- Dedeh Erawati tak mau ketinggalan suasana megah dan meriah di Stadion Moch Soebroto, Kota Magelang saat puncak perayaan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2017, Sabtu (9/9). Dengan sigap, pelari gawang senior Indonesia ini menyalakan telepon pintarnya dan merekam sejumlah momen.

Sebelum mengabadikan suasana rangkaian seremoni Haornas 2017, Dedeh baru saja turun dari panggung besar di tengah lapangan stadion. Dedeh merupakan salah satu atlet yang mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga pada Haornas 2017. Wanita 38 tahun ini menyabet dua emas pada Kejuaraan Master Dunia  kelompok usia 35-40 tahun untuk nomor lari 100 meter dan 100 meter gawang putri. 

Selain menerima piagam penghargaan, Dedeh mengaku mendapatkan apresiasi sejumlah uang. Namun, dengan halus ia menolak menyebutkannya. "Pokoknya ada," kata dia kepada Republika.co.id sambil menyunggingkan senyum.

Ia mengatakan penghargaan seperti ini bisa memotivasi atlet untuk terus berprestasi. Dengan momentum perayaan Haornas 2017 ini, ia berharap prestasi olahraga Indonesia jadi lebih maju dibandingkan sebelumnya.

"Mudah-mudahan momentumnya bisa kena untuk menyadari olahraga itu baik untuk kesehatan. Bagi atlet, olahraga itu untuk berprestasi, sementara  bagi pengurus, olahraga menjadi pengabdian paling mulia," kata Dedeh.

Perempuan asal Sumedang ini mengharapkan ada sejumlah perbaikan dalam pembangunan olahraga prestasi di Indonesia. Dedeh meminta agar perlengkapan atlet mesti diperbaiki semaksimal mungkin agar atlet tak memikirkan apapun selain bertanding.

"Birokrasi agar dipermudah. Olahraga itu harga diri bangsa," kata Dedeh.

Sepanjang perjalanan kariernya sebagai atlet selama dua dekade, Dedeh mengakui tak pernah ada yang sempurna. Setiap event yang dijalani selalu ada kekurangan. Namun ia menyadari kendala yang dihadapi oleh pemerintah. Ia menegaskan tugas atlet harus tetap semangat berlatih, fokus di lapangan dan meraih kemenangan terlepas dari kendala yang dihadapinya.

"Atlet itu mempertahankan harga dirinya pertama dan kemudian bangsa sehingga berjuang mati-matian untuk juara. Semua tidak ingin olahraga kita turun, mudah-mudahan saja kita searah. Olahraga ini mempersatukan bangsa, tapi di level lebih tinggi harus mendapatkan prestasi," kata dia mantap.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement