REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliansi Kemanusiaan untuk Rohingya (AKUR) menggelar acara Puisi Cinta untuk Rohingya di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah pada Ahad (10/9) malam. Audiens yang memadati aula untuk beberapa saat diam dan memperhatikan pembacaan puisi berjudul Berapa dan Bagaimana Rohingya oleh sastrawan legendaris Indonesia, Taufik Ismail.
"Berapa anak yatim kehilangan ayah-ibu tahun ini di Rohingya? Berapa rumah kediaman dihancurkan tahun ini di Rohingya? Berapa ribu pengungsi terlunta-lunta tahun ini di Rohingya," ujar Taufik saat membacakan puisi di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah, Ahad (10/9).
Saat Taufik membacakan puisi, audiens yang memenuhi aula maju kedepan untuk memotret dan memvideokan sastrawan legendaris tersebut. Mereka memperhatikan dengan seksama, mencoba memahami setiap untaian kata-kata puisi yang dibaca Taufik.
"Berapa panjang sungai air mata tahun ini di Rohingya? Berapa luas kuburan menampung korban begitu banyak tahun ini di Rohingya? Berapa juta puing kerangka bangunan musnah tahun ini di Rohingya?," lanjut Taufik membacakan puisinya.
Salah seorang audiens acara Puisi Cinta untuk Rohingya, Royhanul (21 tahun) mengungkapkan kekagumannya kepada sastrawan legendaris tersebut. Menurutnya, untaian kata yang disusun oleh Taufik dapat menggambarkan betapa pedih dan menderitanya etnis Rohingya di Myanmar.
"Puisinya bagus, orang yang mendengar pasti akan semakin memahami apa yang menimpa Muslim Rohingya. Harus kita tolong dengan aksi konkret, misalnya donasi, minimal doa," ujarnya.