REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemimpin masyarakat Kurdi Irak Massoud Barzani mengatakan, pada akhir bulan ini, sebuah referendum untuk menentukan kemerdekaan etnis Kurdi hendak dilakukan. Jika Pemerintah Irak menolak referendum tersebut, maka warga Kurdi di Irak akan siap menarik perbatasan sendiri untuk negara mereka di masa depan.
Meski demikian, ia berharap bahwa kesepakatan dapat dicapai jika keputusan memisahkan diri dicapai dari pemilihan tersebut. "Bagaimanapun kami akan melawan siapapun yang mencoba mengubah realitas bahwa kami harus menentukan masa depan secara paksa," ujar Barzani seperti dilansir BBC, Senin (11/9).
Barzani pertama kali mengumumkan rencana referendum kemerdekaan Kurdi di Irak pada 7 Juni. Pemungutan suara kemudian dijadwalkan untuk dilaksanakan pada 25 September mendatang.
Wilayah mayoritas Kurdi di Irak terbagi atas tiga provinsi, yaitu Erbil, Sulaymaniah, dan Dohuk. Kemudian, ada beberapa yang juga ditinggali oleh cukup banyak warga etnis ini yaitu di Kirkuk.
Referendum yang digelar nantinya membuat mereka menentukan apakah tetap ingin bersama tergabung dalam negara itu atau nantinya dapat membuat sebuah negara sendiri. Warga Kurdi di Irak tercatat mencapai 15 hingga 20 persen dari jumlah 37 juta populasi di negara itu.
"Ini adalah langkah pertama dalam sejarah bahwa warga Kurdistan akan bebas menentukan masa depan mereka, hingga nantinya kami memulai pembicaraan dengan Pemerintah Irak kesepakatan tentang perbatasan dan sumber daya lainnya," jelas Barzani.
Sejak lama Kurdi dikenal sebagai salah satu kelompok etnis terbesar yang tidak pernah memiliki wilayah negara. Di Irak, bangsa Kurdi dianggap memiliki wilayah otonomi. Namun, sepanjang sejarah tidak ada yang mampu menguasai secara penuh wilayah mereka yang kerap disebut sebagai Kurdistan.
Sementara itu, sejumlah pejabat pemerintaha Irak yang merupakan Kurdi mengatakan hasil referendum diharapkan tidak secara otomatis membuat masyarakat etnis tersebut menyatakan kemerdekaan. Namun, jika memang banyak yang memilih untuk memilih ''Ya'' dalam pemilihan itu, nantinya wilayah Kurdi di Irak memiliki otonomi yang lebih kuat dari sebelumnya.