REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembangunan jalur mass rapid transit (MRT) rute Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Kampung Bandan masih terkendala. Soal lahan yang akan dilewati trase Kota-Kampung Bandan masih belum final terkait urusan pembebasannya.
Direktur Utama PT MRT William Sabanar menyebut, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menyurati Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memastikan lahan Trase Kota-Kampung Bandan siap untuk diserahkan. Namun, sampai saat ini masih dikoordinasikan untuk memastikan bahwa lahan itu benar-benar bisa digunakan PT MRT.
"Lahan KAI harus diperjelas statusnya dan dipertegas supaya bisa digunakan MRT. Proses itu yang sedang dibicarakan dan melibatkan Pemprov DKI, KAI, dan yang saat ini diberikan hak KAI untuk menggunakan lahan itu. Kita menunggu itu saja," kata dia di Balai Kota, Senin (11/9).
Djarot Saiful Hidayat mengaku menginginkan depo (MRT) rute Bundaran HI-Kampung Bandan tetap berafa di Kampung Bandan, Jakarta Utara. "Mau kami, deponya ada di Kampung Bandan," ujar Djarot.
Mantan wali kota Blitar itu menyatakan akan berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk merampungkannya. Persoalan transportasi, menurutnya, memang perlu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak agar bisa terlaksana dengan baik.
"Kampung Bandan itu kan dikelola oleh PT KAI, makanya dalam sektor transportasi, kami enggak bisa sendiri-sendiri, harus bekerjasama sama PT KAI," katanya.
Jalur MRT fase II rute Bundaran HI-Kampung Melayu semuanya beroperasi di bawah tanah. Sepanjang Bundaran HI hingga Kampung Bandan akan ada delapan titik stasiun dan satu depo. Kedelapan stasiun itu yakni, Stasiun Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, dan Kampung Bandan.
Saat ini PT MRT sedang merampungkan fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Pekerjaan untuk Fase I sudah hampir selesai. Setelah itu untuk fase II direncanakan akan mulai pembangunannya pada November 2018 dan diperkirakan selesai pada 2022.