REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Di dalam Alquran banyak ditemui ayat yang menganjurkan kita menyayangi sesama karena kita bersaudara (QS al-Hujurat [49]: 10). Tidak hanya kepada sesama Muslim, kepada yang non-Muslim pun kita dianjurkan tetap berbuat adil.
Allah SWT mengingatkan hal ini dalam salah satu ayat-Nya bahwa janganlah kebencian terhadap suatu kaum membuat kita jadi berlaku tidak adil (QS al-Maidah [5]: 8). Dalam ayat lain disebutkan pula bahwa kasih sayang adalah salah satu karakter orang Muslim (QS al-Fath [48]: 29).
Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam." (HR Muslim). Bila salah satu anggota tubuhnya sakit, seluruh anggota tubuh yang lain ikut pula merasakan hal yang sama.
Inilah yang hendaknya juga kita rasakan. Di antara wujud rasa bersaudara kita adalah berempati dengan penderitaan saudara seiman kita Muslim Rohingya yang sekarang ini dizalimi militer Myanmar.
Bila memang kita belum mampu ber buat banyak, minimal teruslah ber doa untuk mereka (QS al-Hasyr [59]: 10). Lalu, bagi yang mampu secara fi nan sial (harta), aktualkan dengan mem berikan sebagian harta itu untuk me menuhi kebutuhan mereka. Apa pun posisi kita saat ini, pasti ada celah dan jalan untuk berbuat sesuatu. Ujian bagi Muslim Rohingya, selain menjadi hikmah kebaikan, juga ladang amal untuk berbuat semaksimal yang bisa kita perbuat.
Inilah momen dan ladang untuk mengasah empati yang bisa dilakukan. Kerangka berpi kir yang hendaknya dimiliki adalah me ngusahakan untuk tidak berpikir un tung dahulu. Kadang, untuk ber empati saja kita masih berpikir, apakah ada manfaat untuk saya. Justru sekarang harus dibalik bahwa empati membuat pela kunya mendapatkan ridha dari Allah.
Satu lagi cara mengasah empati, yaitu bayangkan kita yang berada di posisi mereka. Pergiliran nasib pasti akan selalu ada, tidak ada yang statis dalam hidup manusia. Saat ini boleh jadi kita yang membantu mereka, di lain waktu bisa sebaliknya.
Dalam ilmu pengembangan diri, sikap empati juga menjadi jalan kesuksesan berinteraksi dengan orang lain. Bila sifat empati menjadi karakter kuat seorang Muslim, siapa pun yang berada di sekitarnya pasti akan merasakan manfaat. Dan yang paling penting dari sifat empati tentu saja aplikasinya. Empati tidak hanya berhenti dalam hati.
Mulai detik ini, mari menakar kadar empati kita. Jangan sampai penghaya t an keberagamaan hanya menyentuh pada ibadah ritual tetapi lupa pada indi kasi keimanan, yaitu peduli kepada se sama. Semoga Allah menggolong kan kita menjadi orang yang pandai ber syu kur dan senantiasa menebar ke baik an kepada sesama. Wallahu a'lam.