Selasa 12 Sep 2017 17:36 WIB

Suhu Udara Yogyakarta Semakin Panas, Ini Penyebabnya

Red: Nur Aini
Cuaca panas (ilustrasi)
Foto: greatdaymoving.com
Cuaca panas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Urip Haryoko mengatakan suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan 0,06 derajat celsius per sepuluh tahun seiring dengan peningkatan emisi gas rumah kaca.

"Tren peningkatan suhu ini akan mengkhawatirkan apabila tidak diimbangi dengan upaya-upaya mitigasi di level masyarakat," kata Urip dalam Seminar Nasional "Peran Science Center dalam Pengembangan Literasi Sains Masyarakat" di Yogyakarta, Selasa (12/9).

Menurut Urip, tren peningkatan suhu udara tersebut juga terjadi di kota-kota besar lainnya. Adapun secara nasional suhu udara di Indonesia mengalami peningkatan plus minus dua derajat celsius per seratus tahun. "Memang hasil penelitian itu hanya menggambarkan tren saja, namun perlu direspons semua pihak karena bisa membawa dampak pada kehidupan manusia," kata dia.

Ia mengatakan peningkatan emisi gas rumah kaca akan berdampak pada perubahan iklim, yang di antaranya digambarkan dengan pergeseran musim kemarau atau musim hujan. "Meski rata-rata curah hujan belum mengalami perubahan, tetapi awal musim hujan atau kemarau memang mulai terjadi pergeseran dari siklus normalnya," kata dia.

Untuk meminimalisasi dampak pemanasan global terhadap kehidupan masyarakat, Urip berharap semua pihak mulai melakukan upaya mitigasi mulai dari hal-hal yang sederhana dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, tidak membuang sampah sembarangan, hingga menghindari pembakaran hutan. "Membuang sampah sembarangan juga bisa menyumbang pemanasan global," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement