REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Wirid Doa Dzikir Harian (WDDH) menggelar pengajian di Taman Masjid Kowloon, Tsim Sha Tsui, Hong Kong, Ahad Kemarin. Dan Istana di surga itu pun menjadi milik mualaf.
Perempuan itu berjalan setengah berlari dengan satu tujuan yakni, mencarikan makanan untuk anaknya yang ditinggalkan sendiri di gubuk tua. Menangis kelaparan.
Sampailah ia di gerbang Masjid, tepat saat pria separuh baya keluar. "Bapak, mohon maaf kalau mengganggu. Saya minta sedekahnya untuk beli makanan. Anak saya sekarang sedang menangis kelaparan. Saya nggak punya apa pun untuk dimakan,.. tolong pak". Pria itu menatapnya dengan gusar.,
"Saya tidak percaya kalau ibu orang miskin, pakai alasan anak kelaparan... mana buktinya kalau ibu orang miskin..!?", bentaknya.
Perempuan terkejut, takut, malu dan sedih. Dengan memohon maaf ia permisi untuk meneruskan perjalanan. Yang ada dalam pikirannya adalah anaknya sedang menangis kelaparan. Tanpa ia sadari kakinya telah berada di teras sebuah rumah mewah. Rupanya ia telah memasuki kawasan perumahan elit.
Dari dalam rumah keluarlah seorang pemuda berpakaian gaul, sambil menenteng tas laptop. "Selamat pagi ibu, ada yang bisa bantu?", ramah sekali sikapnya. "Saya minta tolong mas, untuk sekedar beli makanan. Anak saya sekarang saya tinggalkan sendirian di rumah sewaan, menangis kelaparan.... tolong ya mas...!"
"Hmmm... ibu masuk saja ke dalam,... temui bi jahin yang sedang mengelap kaca di ruang tamu. bilangin aja disuruh rodit nyiapin makanan di meja dan bungkusin satu." sesaat kemudian rodit dan perempuan itu tampak makan bersama satu meja, sembari mendengarkannya bercerita.
"Ibu bawain aja bungkusan ini untuk anak ibu. setelah dia makan, ajak dia tinggal di sini. Kamar ibu di sebelah bi jahin ya. ntar semua utang ibu, juga rumah sewaan yang nunggak, saya yang lunasin semuanya, ya". kata-kata pemuda yang ternyata beragama hindu itu meluncur ringan tanpa kepura-puraan.
Pria itu terbangun dari mimpinya yang sangat melelahkan tapi juga membuatnya menyesali perbuatannya karena membentak wanita yang ia tolong. Masak untuk sesuap nasi saja ia minta bukti bahwa ia miskin.
Ia telah melihat dalam mimpinya, Rasulullah SAW sedang dikelilingi oleh sahabat-sahabat beliau... ia mendekat, mengendap diantara para sahabat nabi...dan ketika sudah berhadapan dengan sang Nabi Pilihan itu.... ia mendapat murka beliau "pergi kamu! kamu tidak pantas berdiri di hadapanku!!
"Ya Rasul izinkan aku menyalami tanganmu, menciumnya, sungguh aku mencintaimu, setiap hari aku selalu bershalawat untukmu, kasihanilah aku... "
Rasulullah SAW menatapnya tajam, "Aku tidak mengizinkanmu berada di hadapanku, apalagi bersalaman dan mencium tanganku, walaupun ribuan shalawatmu telah sampai kepadaku... karena shalawatmu tidak membekas pada akhlakmu. Kau tolak dengan kasar perempuan itu. padahal ia telah menghinakan martabat kemanusiaannya dengan menghiba kepadamu karena kasih sayang kepada anaknya. shalawatmu tidak cukup kuat untuk engkau andalkan sebagai bukti kecintaan kepadaku.... mana buktinya, jika engkau mencintaiku...."
"Kau lihat apa yang ada di belakangku?" suara sang Nabi SAW memecah lamuban dan penyesalannya, tampak sebuah istana megah mewah dan indah, di tengah taman yabg luas menghijau berhiaskan aneka pohon buah dan bunga.
Istana Keemasan itu terasnya adalah mutiara dan pemata. Ia takjub dan terpana."Istana itu sedianya dibwrikan untukmu kelak di surga, jika saja kau peduli dengan penderitaan perempuan yang minta tolong kepadamu. Tapi kini sudah menjadi milik anak muda yang telah nenggantikanmu. Ia telah membrikan makan dan tempat perlindungan untuk ibu dan anak yang kini tinggal di rumahnya, dengan hati... tapi anak muda itu bekum bisa memilikinya sepenuhnya, karena belum menjadi seorang Muslim."
Mimpi itulah membuatnya menyesali perbuatannya dan segera mencari tahu dimana keberadaan perempuan itu, dan juga anaknya berada. Ya, ia ingin merebut Istana itu. "Kamu harus menyerahkan ibu dan anak itu, karena saya yang lebih berhak untuk menjadi pelindungnya sebagai sesama Muslim. Bukan kamu, yang tidak seagama dengannya."
Laki-laki itu berusaha menjelaskan kenapa ia memaksa agar ibu dan anak itu tinggal bersamanya, ketika anak muda mempertanyakan dan menolak keinginannya. "oh, maaf, bapak salah besar kalau itu alasannya. saya tahu tujuan bapak sebenarnya agar istana surga itu kembali jadi milik bapak, kan? tidak bisa pak, istana itu sekarang milik saya seutuhnya. sebab, begitu bapak pergi, saya mendekati Nabi Yang Mulia, untuk menyatakan keislaman saya, mengimani Allah sebagai Tuhan Satu - satunya.... ".
Subhanallah wabihamdih. Shollu Alan Nabi Muhammad SAW.
Oleh: H. Muhammad Halabi, S. Ag, Da’i Ambassador of TIDIM LDN
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement