Selasa 12 Sep 2017 20:49 WIB

Frisian Flag Berupaya Tingkatkan Pemahaman Gizi Guru dan Murid

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Frisian Flag
Foto: Frisian Flag
Frisian Flag

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Frisian Flag Indonesia (FFI) berupaya meningkatkan pemahaman gizi seimbang kepada para guru dan murid. Salah satu caranya melalui Training of Trainers (ToT) bagi 270 guru Sekolah Dasar di Surabaya, di Hotel Bidakara Surabaya, Selasa (12/9).

Kegiatan yang didukung Dinas Pendidikan Kota Surabaya tersebut menjadi rangkaian kegiatan Gerakan Nusantara seputar Pedoman Gizi Seimbang (PGS), pola hidup sehat dan aktif, dan kebaikan susu bagi tubuh.

Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq, mengatakan, specara nasional, perilaku konsumsi gizi seimbang pada anak-anak di Provinsi Jawa Timur belum diterapkan secara optimal. Karenanya, Gerakan Nusantara kali ini mengusung konsep baru yang berfokus pada peningkatan jumlah peserta dan peningkatan peran guru.

Ahmad Syafiq menyebut, data status gizi anak umur 5-12 tahun secara nasional masih menunjukan angka prevalensi tinggi. Angka prevalensi pendek tercatat sebesar 30,7 persen, prevalensi kurus sebesar 11,2 persen, dan prevalensi gemuk sebesar 18,8 persen.

"Jawa Timur dipilih sebagai fokus Gerakan Nusantara karena berdasarkan data status gizi anak umur 5-12 tahun di provinsi Jawa Timur menempatkan provinsi tersebut ke dalam daftar 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk di atas prevalensi nasional. Di kota Surabaya sendiri memiliki angka prevalensi pendek sebesar 12,7 persen dan angka prevalensi gemuk sebesar 10,2 persen," jelasnya kepada wartawan di sela-sela acara ToT tersebut.

Ahmad Syafiq menyatakan pentingnya penyebarluasan pemahaman gizi seimbang kepada guru-guru. Sebab, Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI menemukan ternyata pengetahuan gizi murid-murid SD itu rendah.

"Dan kami temukan juga pengetahuan guru-gurunya juga rendah mengenai gizi. Makanya kami coba latih guru-guru ini supaya menyebarkanluaskan ke guru-guru lain supaya ada penyebarluasan sosialisasi dari pengetahuan gizi," terangnya.

Ia juga menyebut berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, pengetahuan mengenai gizi seimbang yang mengetahui hanya 25 persen. Setelah pelatihan ToT tersebut diperkirakan bisa meningkat menjadi 70 persen.

"Prinsip utama gizi seimbang itu tidak lebih dan tidak kurang jadi orang harus pas sesuai dengan kebutuhan. Ada empat pilar gizi seimbang, bukan hanya masalah makanan tapi juga perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan berat badan normal," ujarnya.

Ahmad Syafiq menambahkan, PKGK FKM UI selalu melakukan studi Knowledge, Attitude and Practice (KAP) secara berkelanjutan untuk mengukur efektivitas program Gerakan Nusantara dari tahun ke tahun. Pada 2016, studi KAP dilakukan terhadap guru siswa di Jawa Timur selama tiga bulan. Hasilnya menunjukkan sebelum intervensi program dilaksanakan, perilaku dan pengetahuan gizi siswa di wilayah pinggiran kota masih belum merata dan tergolong rendah.

Tercatat hanya 38,9 persen yang mengetahui isi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Bahkan kebiasaan berolahraga yang sesuai anjuran PGS tergolong sangat rendah di angka 5,9 persen. "Metode intervensi di sekolah yang dilakukan telah berhasil meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku hidup sehat aktif secara signifikan dan merata di semua kelompok, yang mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program Gerakan Nusantara ini," imbuh Ahmad Syafiq.

Manager CSR PT Frisian Flag Indonesia Refa Griyanda mengungkapkan, pendekatan melalui pelatihan guru atau ToT dipilih berdasarkan hasil studi Knowledge, Attitude, Practice (K-A-P) 2016 dari FFI dan Pusat Kajian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Indonesia (PKGK FKM UI). Studi tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil akhir keseluruhan program Gerakan Nusantara 2016 secara signifikan setelah tiga bulan.

"Kami berupaya untuk terus menyediakan gizi terbaik serta meningkatkan status gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi seimbang dan gaya hidup sehat dan aktif. Gerakan Nusantara dirancang untuk mendukung sosialisasi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mewujudkan kehidupan sehat dan sejahtera dengan mengakhiri kelaparan dan malnutrisi hingga tahun 2030," terang Refa.

Salah satu peserta ToT, Rini Wulandari, menyatakan menyambut baik insiatif Gerakan Nusantara karena bisa menjadi bekal bagi para guru untuk dibagikan kepada murid-murid. Menurut Kepala Sekolah SDN Perak Barat, Surabaya, tersebut, selain menjadi sosok teladan dan pengganti orangtua di sekolah, guru merupakan sosok yang mampu untuk memberikan pengaruh baik kepada siswa. "Kami berharap program ini dapat berkelanjutan dan semakin diperkuat dengan bekal-bekal yang lebih baik dari sebelumnya bagi anak-anak kita yang kelak akan menjadi calon pemimpin masa depan," ucapnya.

Program Gerakan Nusantara 2017 menjangkau lebih dari 700 sekolah, lebih dari 8.000 guru, serta kurang lebih 500 ribu siswa Sekolah Dasar yang tersebar di 24 kota di propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Program tersebut juga pertama kalinya dilaksanakan di Riau, Pekanbaru, Jambi, dan Padang, Sumatera Barat.

Sejumlah kegiatan disiapkan untuk mendukung Gerakan Nusantara di masing-masing sekolah yang menjadi sasaran tujuan. Di antaranya kegiatan edukasi dan pelatihan bagi guru, pemaparan dan edukasi di dalam kelas bagi guru dan siswa, aktivitas luar ruangan di sekolah, pembagian sampel susu, hingga pemantauan berkala.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement