Rabu 13 Sep 2017 08:51 WIB

Pengamat: Peran Indonesia Sudah Tepat Soal Rohingya

Rep: Marniati/ Red: Bilal Ramadhan
Bocah Rohingya di pengungsian bersama pengungsi lainnya berteduh di sebuah pohon di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh
Foto: Abir Abdullah/EPA
Bocah Rohingya di pengungsian bersama pengungsi lainnya berteduh di sebuah pohon di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--- Pengamat Luar Negeri LIPI, Sandy Nur Ikfal mengatakan peran yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam konflik di Rakhine Utara, Myanmar sudah tepat. Indonesia sudah tepat untuk memposisikan sebagai pihak ketiga dalam masalah ini.

"Tinggal terus konsisten dan menunjukkan keseriusannya," ujar Sandy saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/9).

Ia menjelaskan, Indonesia harus mampu menjadi pihak ketiga yang menengahi proses resolusi konflik, baik dari sisi pendekatan pemerintah maupun kelompok masyarakat sipil. Karena itu, Indonesia perlu terus melakukan politik merangkul kepada Myanmar.

Apalagi di tengah tekanan yang besar dari dunia internasional, sehingga Indonesia dapat menempatkan diri sebagai teman bicara. Ia melanjutkan, bantuan kemanusiaan yang disalurkan hanya mengatasi dampak dari konflik.

Sementara konfliknya sendiri perlu penanganan lain yang juga serius. Tanpa dihentikannya konflik tersebut, maka akan terus berjatuhan korban dan pengungsi. Agar kejadian serupa tidak terulang kembali, maka harus ada dua langkah yang dilakukan.

Pertama, resolusi konflik atau menyelesaikan akar masalah konflik antarpihak yang bertikai. Faktor-faktornya yaitu kebijakan diskriminatif, perebutan sumber daya dan kesempatan ekonomi, serta kepentingan dominasi kekuasaan politik.

Langkah kedua adalah peace building atau pembangunan perdamaian yaitu membangun kembali hubungan positif antarmasyarakat rentan dari kedua belah pihak untuk saling berinteraksi, menghilangkan stereotip negatif dan kecurigaan, hingga menjalin hubungan yang saling bergantung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement