REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKTP) Jawa Tengah mengajak Lembaga Dakwah Kampus (LDK) untuk bekerja sama dalam melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme di dunia kampus.
Ketua FKTP Jawa Tengah, Najahan Musyafak menilai LDK menjadi organisasi kampus yang strategi untuk dilibatkan dalam pencegahan penyebaran radikalisme di kampus-kampus. Sebab LDK mampu bersentuhan langsung dengan mahasiswa.
"LDK ini paling dekat bersentuhan dengan masyarakat kampus, khususnya mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin masa depan," kata Najahan dalam dialog Pencegahan Terorisme di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada Rabu (13/9) siang.
Terlebih, menurutnya, berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoneisa (LIPI) pada 2011 menyebutkan adanya pola-pola gerakan radikal di Indonesia, salah satunya melalui penyusupan pada organisasi-organisasi kemahasiswaan tingkat kampus yang sebagian besar terdapat di perguruan tinggi non-keagamaan.
Ia melihat, dengan aktivitas keagamaan di sejumlah kampus-kampus terutama kampus umum yang akhir-akhir ini terus meningkat, maka patut diwaspadai. Pasalanya, peningkatan aktivitas ini disinyalir dapat menjadi tempat potensial berkembangnya aktivitas keagamaan yang eksklusif dan radikal.
"Hal ini menjadikan perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target rekrutmen gerakan-gerakan radikal, dibandingkan perguruan tinggi berbasis keagamaan," ujarnya.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin menilai, anggota keluarga dari pelaku teroisme tetap mempunyai potensi untuk melakukan aksi terorisme serupa. Sebab itu, kata dia, perlu penanganan serius terhadap keluarga dari pelaku aksi teror agar tidak memiliki pemahaman serupa.
Imam Samudra misalnya yang anaknya kemidian pergi ke Suriah, mungkin dari 200 ada 30 yang mengulangi lagi. Sebabnya, jelas lingkungan menjadi penting. "Karena itu kita tempatkan mereka seperti di pesantren-pesantren yang moderat," kata Hamli.