Rabu 13 Sep 2017 13:55 WIB

Geliat Restoran Halal di Korea

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agus Yulianto
Deretan restoran  halal  di kawasan
Foto: Harun Husein/Republika
Deretan restoran halal di kawasan "Muslim Town" Itaewon, Seoul, dan sertifikasi halal di Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Organisasi Pariwisata Halal Korea Selatan menyelenggarakan demonstrasi Memasak Makanan Halal di Plaza Hotel Seoul, Kamis (7/9).

Dilansir dari straits times, Selasa(12/9), menjaga kehalalan merupakan kewajiban bagi umat muslim. Terutama bagi muslim Korea yang kini berjumah 140 ribu orang.

"Saya ditawari alkohol dan mereka mengatakan sekali minum tidak akan membunuhmu, meminum alkohl memang tidak membunuhku tetapi menjadikanku seperti orang sekarat," kata selebriti asal Pakistan Zahid Hussain.

Warga muslim yang tinggal maupun mengunjungi Korea Selatan mengaku, masih kesulitan mencari tempat makanan yang sesuai. Salah satu kesalahpahaman tentang Muslim Korea adalah mereka vegetarian. Padahal, mereka memilih vegetarian karena sulit mencari makanan yang halal.

"Kalimat pertama yang dipesan Muslim Korea ketika di restoran adalah no meat, please," katanya. Padahal halal tidak hanya mengacu pada jenis makanan tetapi juga pembuatannya.

Menurutnya, bercampurnya makanan halal dan haram akan menjadi masalah besar bagi umat Islam. Artinya juru masak tidak boleh menggunakan pisau, talenan, tempat penyimpanan dan peralatan makanan yang halal dengan yang haram.

Makanan halal juga harus disiapkan oleh koki Muslim karena daging hewan yang digunakan harus hewan yang halal dan disembelih dengan cara yang benar sesuai syariah. "Ketika kita mengikuti halal, kita juga mengikuti ajaran alquran," kata Barafi, koki oriental eksekutif di Madinah Jumeirah di Uni Emirat Arab.

Banyak kasus yang masih bingung membedakan halal dan bukan. "Di daerah seperti Dubai, mereka memiliki menu babi di restoran tertentu, sehingga tidak bercampur. Bahkan sebelum orang memasuki restoran, mereka akan tahu bahwa itu merupakan menu babi. Restoran ini memiliki ruangan, alat makan, bahan dan mesin pencuci piring terpisah," ujar dia.

Selama demonstrasi, Barafi menyiapkan makanan halal. Acara ini merupakan bagian dari Halal Restaurant Week selama September-Oktober. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan 107 restoran resmi sertifikasi Pariwisata Korea dan ramah muslim.

Restoran bersertifikat dikategorikan menjadi sertfikasi Federasi Muslim Korea. Sertifikasi pemilik dengan juru masaknya Muslim dan menggunakan bahan halal eksklusif. Restoran menjual makanan halal dan alkohol serta bebas dari babi.

Im Gyeong Suk, pemilik Makanan Muree Muslim di Itaewon-dong, Seoul, mengatakan, tertarik pada makanan halal sekitar tiga sampai empat tahun yang lalu ketika mantan Presiden Park Geun Hye menekankan pentingnya pasar Arab. Kesadaran halal dapat ditingkatkan di Korea Selatan.

"Masalahnya adalah kebanyakan orang yang berpartisipasi dalam program halal adalah orang Korea. Kompleksitas Islam merupakan sesuatu yang bahkan orang mualaf sekalipun tidak dapat sepenuhnya memahami, "kata Ms Im, yang masuk agama Islam setelah menikah pada 2003.

Chef Bahzad memiliki pengalaman seperti itu selama kunjungan sebelumnya ke restoran Korea. Dia bertanya apakah mereka menyajikan makanan halal, yang jawabannya adalah ya. Tapi saat melihat menu, dia melihat, bahwa mereka juga menyajikan daging babi.

Seperti menyimpan daging babi dan makanan halal bersama dilarang, itu bukan halal. "Haram tetap haram. Sedikit haram bukan tidak masalah. Seberapa kecilnya bahan haram, Anda sudah berada di haram, "katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement