REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat mengatakan perkembangan ekonomi syariah di Jawa Barat tercatat cukup bagus. Bahkan nilai perkembangannya dari sisi aset dan kredit berada di atas rata-rata ekonomi syariah di tingkat nasional.
"Kalau perkembangan ekonomi syariah dilihat dari kondisi finansialnya perkembangan perbankan syariah di Jawa Barat cukup baik. Dari total aset perbankan syariah Jawa Barat itu tumbuh lebih tinggi dari total asetnya perbankan syariah nasional," kata Wiwiek dalam kegiatan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2017 di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Rabu (13/9).
Wiwiek menyebutkan sampai Juni 2017, aset perbankan syariah di Jawa Barat tumbuh hibgga 15,8 persen. Angka ini melebihi rata-rata nasional yang hanya 10 persen.
Di sisi lain, ia menuturkan kondisi perkembangan keuangan syariah di Jawa Barat yang terpantau pada kuartal II 2017 mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pembiayaan perbankan umum syariah di Jawa Barat yang meningkat. Hingga kuartal II 2017, pertumbuhan pembiayaan syariah di Jabar sebesar 10,6 persen meningkat dari kuartal I 2017 sebesar 8,4 persen.
"Dibanding nasional lebih tinggi kita tumbuh dengan 10,6 persen sementara nasional itu 8,6 persen," ujarnya.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Jawa Barat pada kuartal II 2017 juga tercatat tumbuh stabil sebesar 14,2 persen dibanding kuartal I 2017. Pangsa DPK Perbankan Syariah Jabar terhadap Total DPK Perbankan Syariah Nasional sebesar 11,7 persen.
Meski demikian, ujar Wiwiek, berdasarkan distribusi jenis kegiatannya, pembiayaan syariah di Jabar masih didominasi untuk kegiatan konsumsi sebesar 49 persen. Sementara itu, pemanfaatan pembiayaan syariah untuk pembentukan modal kerja usaha sebesar 31 persen dan untuk keperluan kegiatan investasi baru 21 persen.
Wiwiek mengungkapkan Jawa Barat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Pemanfaatan layanan jasa keuangan syariah di Jawa Barat masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari pangsa pemanfaatan layanan jasa pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat terhadap total kredit perbankan di Jawa Barat masih relatif kecil, yaitu 8,4 persen, meski sudah lebih baik dibandingkan dengan pangsa pemanfaatan layanan jasa pembiayaan perbankan syariah nasional terhadap total kredit perbankan nasional yang baru mencapai 5,9 persen.
"Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak secara nasional yakni 46,5 juta orang dan 98 persen penduduknya beragama Islam, Jawa Barat memiliki jumlah faktor sumber daya manusia yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi sumber daya insani penggerak utama pengembangan ekonomi syariah di Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, ia mendorong pengenalan keuangan syariah kepada masyarakat untuk meningkatkan investasi di perbankan syariah. BI juga berkolaborasi dengan Kantor Regional 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat dan berbagai lembaga keuangan syariah bank dan non bank di Jawa Barat untuk meningkatkan investasi masyarakat di perbankan syariah.
"Ini yang akan kita terus dorong. Kita kerja sama dengan OJK untuk semakin lama financing perbankan syariah lebih didorong untuk tujuan sifatnya investasi. Karena investasi memberikan multieffect kepada ekonomi lebih besar dibanding konsumsi," tuturnya.
Lewat gelaran FESyar 2017 ini juga diharapkan dapat mempromosikan ekonomi syariah kepada masyarakat. Sehingga dapat menumbuhkan ekonomi syariah, mengembangkan produk ekonomi syariah lebih dikenal dan diminati masyarakat.
"Sehingga pangsa ekonomi syariah sebagai bagian ekonomi konvensional bisa lebih lama semakin meningkat," ujarnya.