Rabu 13 Sep 2017 15:56 WIB

Kemarau, Lahan di Gunung Bohong Cimahi Terbakar

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andri Saubani
Kemarau. Ilustrasi
Foto: antara
Kemarau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi mengungkapkan, kebakaran melanda lahan yang berada di Gunung Bohong, Kota Cimahi, Rabu (13/9). Total luas lahan yang dipenuhi alang-alang yang terbakar mencapai 700 meter persegi. Hingga saat ini, penyebab munculnya api masih belum diketahui.

Kepala BPBD Kota Cimahi Dani Bastian mengungkapkan, kebakaran terjadi pada pukul 09.43 WIB pada lahan seluas 700 meter persegi yang berada di Gunung Bohong yang digunakan sebagai lapangan tembak, Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi Tengah. "Luas area terbakar diperkirakan 700 meter persegi. Korban jiwa tidak ada dan kerugian diperkirakan tidak ada. Api berasal belum diketahui, ujarnya melalui pesan singkat kepada Republika, Rabu (13/9).

Menurutnya, penanganan pemadaman dan pendinginan yang dilakukan mengerahkan dua unit mobil Pancar dengan kekuatan delapan personel dari Damkar Kota Cimahi. Selain itu, dilakukan juga assesement dan pengecekan oleh Satgas BPBD Kota Cimahi.

Dani menambahkan, lainnya adalah kurang lebih sekitar 4.000 jiwa penduduk Kota Cimahi terkena dampak kekeringan yang sudah terjadi sejak satu bulan terakhir saat musim kemarau berlangsung. Dampaknya, para penduduk kesulitan memperoleh air bersih.

"Kita sudah koordinasi dengan UPT Air Minum, sekarang sudah dimulai suplai air," ujarnya. Katanya, data tersebut menurun drastis dibandingkan tahun 2015. Dimana tahun lalu krisis air bersih di Cimahi mencapai 27 ribu penduduk.

Menurutnya, krisis air bersih yang terjadi hampir merata di tiga wilayah Kota Cimahi. Sementara itu, Zaenal Hamzah (37), warga Kampung. Babakan Utama, RT05/02, Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan mengaku jika musim kemarau terjadi sulit memperoleh air bersih. Biasanya, dirinya mendapatkan air bersih dari pabrik.

Sementara saat ini ia mengatakan harus mengantre demi mendapatkan air dari rumah warga yang memiliki sumur artesis. Menurutnya, selain itu, biasanya saat kemarau warga terpaksa membeli air bersih seharga Rp 2.000 satu jerigen berisi 30 liter dari penjual air. Namun kini banyak yang memperoleh air bersih dari sumur artesis warga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement