REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) menargetkan, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun di kisaran 8-10 persen. Pasalnya, pertumbuhan kredit tergantung kebutuhan nasabah.
"Kalau kebutuhan nasabahnya ada, kan kami otomatis jalan," ujar Direktur BCA Henry Koenaifi kepada wartawan di Menara BCA, Rabu, (13/9). Meski begitu, ia menambahkan target pertumbuhan itu masih bisa berubah tergantung situasi ke depan.
Henry menjelaskan, dibandingkan sektor lainnya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BCA naik cukup tinggi. Pada semester I 2017, KPR BCA tumbuh hingga 21,9 persen menjadi Rp 75,3 triliun.
Perseroan pun, kata dia, sangat berhati-hati dalam penyaluran kredit. "Kredit itu ngikutin demand, kalau demand-nya cuma delapan (persen), maka kalau di-push lebih tinggi kan tidak bagus," ujarnya.
Sampai semester I 2017, BCA telah menyalurkan kredit hingga Rp 433 triliun atau tumbuh 11,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan tersebut diklaim didorong oleh kredit korporasi yang tumbuh 18,7 persen menjadi 160,7 triliun dan kredit konsumen yang tumbuh 18,4 persen menjadi Rp 124,5 triliun.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga menyatakan pertumbuhan kredit perbankan nasional masih belum maksimal. Dengan begitu, bank sentral menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit untuk tahun ini dari 12-14 persen menjadi 8-10 persen.