REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menegaskan Pemerintah Indonesia masih akan terus mengirim bantuan kepada penduduk etnis Rohingya di Myanmar.
"Insya Allah minggu depan kita kirimkan lagi, minggu depannya kita kirimkan lagi karena kita mendengar keadaan lapangan sangat membutuhkan terutama makanan, obat-obatan, makanan siap saji, tenda-tenda yang sangat kurang di lapangan," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/9).
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut saat bertemu sekitar 40 orang ulama dari Jawa Tengah. Presiden didampingi Menteri Sekretaris Kabinet Pratikno. Pada Rabu hari ini Presiden Joko Widodo juga melepaskan pengiriman lebih dari 20 ton bahan pangan sebagai bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh. Bantuan itu diangkut dengan menggunakan empat pesawat C130 Hercules milik TNI AU dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
"Pemerintah sebetulnya sudah sejak awal meminta penjelasan yang konkrit dari pemerintah Myanmar terkait kondisi pengungsi dan pada bulan Januari-Februari yang lalu kita pun juga sudah mengirimkan bantuan kontainer, tidak hanya 1-2 kontainer kalau tidak salah ingat kurang lebih 10-an kontainer yang kita kirimkan baik berupa obat-obatan dan makanan," kata Presiden.
Selain itu, Presiden juga sudah mengutus Menteri Luar Negeri Retrno Marsudi untuk mendesak pemerintah Myanmar tetap mengutamakan nasib para pengungsi. "Karena ini memang berkaitan dengan sejarah politik yang ada di sana, dengan urusan ekonomi yang ada di sana, sebetulnya masalah yang sangat kompleks," ungkap Presiden.
Salah satu hal yang disyukuri menurut Presiden adalah pemerintah Indonesia diberikan ruang oleh pemerintah Myanmar dan Bangladesh untuk masuk ke lokasi pengungsian. "Kita juga sudah membuat sekolah di sana di Rakhine State dan kita insya Allah akan mendirikan rumah sakit di Rakhine State menjadi RS terbesar di sana karena itu sebetulnya yang dibutuhkan, bukan kecaman-kecaman atau pernyataan-pernyataan yang keras tidak menyelesaikan masalah," kata Presiden.
Apalagi, menurut Presiden, hanya pemerintah Indonesia yang diberikan ruang oleh pemerintah Myanmar untuk menyalurkan bantuan. "Alhamdulilah hanya pemerintah Indonesia yang diberikan ruang untuk bisa masuk ke lokasi kejadian di Myanmar itu. Saya kira kita masih ingin mengirimkan bantuan lagi ke sana," kata Presiden.
Bantuan Indonesia sebelumnya diberikan pada Januari-Februari 2017 menggunakan kontainer yang dikirim melalui jalur laut dan memakan waktu hingga berminggu-minggu. "Karena (bantuan sebelumnya terkirim) lama, maka tadi pagi kita sudah kirimkan lewat pesawat Hercules. Kita antarkan langsung ke lokasi pengungsi meskipun dari airport di sana menuju ke lokasi pengungsi membutuhkan waktu darat 6-7 jam lagi karena kondisi perbatasan Myanmar dan Bangladesh sangat berat. Kalau pakai kontainer kemarin bisa sampai 2-3 minggu baru barang-barang sampai, sehingga karena ini kebutuhan mendesak maka tadi pagi kita kirimkan melalui pesawat," kata Presiden. Dalam pengangkutan bantuan ini, Banda Aceh dijadikan base camp transit pengiriman bantuan. Rute penerbangan pesawat akan singgah di Banda Aceh sebelum ke Bandara Citagong di Bangladesh