Kamis 14 Sep 2017 18:18 WIB

15.521 Siswa di DIY Belum Diimunisasi

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Ratna Puspita
Dokter menyuntikkan vaksin campak dan rubella
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Dokter menyuntikkan vaksin campak dan rubella

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Siswa di seluruh DIY yang harus diimunisasi MR (Measles Rubella) atau Campak dan Rubella sebanyak 584.740 siswa dari 4812 sekolah. Sedangkan yang sudah diimunisasi sebanyak 569.219 siswa atau 97.34 persen. Dengan demikian, ada 15.521 siswa yang belum diimunisasi.

“DIperkirakan ada 10 ribu lebih siswa yang belum dicampak sampai akhir Agustus. Karena itu, mereka yang belum diimunisasi terus diupayakan untuk diimunisasi di Puskesmas,” kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie dalam jumpa pers evaluasi hasil pelaksanaan imunisasi MR di DIY, di Gedung KPTU Fakultas Kedokeran UGM Yogyakarta, Kamis (14/9) sore.

Mereka yang belum diimunisasi karena tidak masuk sekolah lantaran sakit atau izin ketika jadwal imunisasi di sekolahnya. ''Karena itu teman-teman di Puskesmas siap memberikan layanan imunisasi bagi siswa (dari Taman Kanak-Kanak sampai SMP) di DIY yang belum diimunisasi. Jadi anak-anak yang belum diimunisasi akan dibawa ke Puskesmas dalam satu kelompok, tidak satu-satu karena satu vial vaksin untuk 9-10 anak,'' ujar Pembayun.

Pembayin mengatakan mulai September ini dimulai imunisasi campak bagi balita di Posyandi sebanyak 199.201 anak. Dengan demikian sampai hari ini, seluruh anak yang sudah diimunisasi campak di DIY sebanyak 778.118 persennya 83,59 persen. “Sampai akhir September masih kurang 17 hari, sehingga target 95 persen lebih bisa tercapai,” kata Pembayun.

Ketua Komite Verifikasi Nasional Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubella Congenital Syndrome ES Herini mengatakan cakupan imunisasi MR secara nasional, khususnya di Jawa sampai 12 September sekitar 80,03 persen atau 27.982.835, sedangkan di DIY 82,70 persen. Dia berharap cakupan imunisasi MR lebih 95 persen karena masih sisa 18 hari lagi. “Dengan tercapainya cakupan imunisasi MR ada kekebalan di lingkungan yang memutus rantai penularan,” kata dia.

Komite Daerah (Komda) Pengkajian Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Meineni SItaresmi mengatakan saat ini imunisasi MR Harus diberikan tanpa memandang apakah sudah diimunisasi atau belum, pernah sakit campak/rubella atau belum. “Karena dengan diberikan bersama-sama maka ada kekebalan komunitas sehingga ketika ada virus masuk, virus mati dan akan menghentikan penularan,” kata dia.

Terkait dengan adanya informasi siswa SMP di Kasihan meninggal setelah diimunisasi MR, ia mengatakan penyebabnya bukan karena imunisasi MR, melainkan kemungkinan leukemia akut. “Kami telah mengumpulkan semua yang terlibat mulai dokter yang memberikan vaksin, dokter yang menerima di puskesmas dan di ruma sakit pratama (RS PKU Muhammadiyah) dan dokter yang merawat di RS Bethesda Srimulatsih yang juga konsultan darah,” kata dia.

Hasilnya juga sudah didiskusikan dengan komnas KIPI di Jakarta dan sudah mengkaji secara mendalam bahwa kasus kematian siswa SMP tersebut tidak berhubungan dengan vaksin MR. “Sifatnya kebetulan siswa menderita penyakit kanker darah yang sifatnya akut,” kata Meineni.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement