REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak, Anna Surti Ariana meminta, siapapun tidak mengatakan siswi SD di Jakarta Barat berbohong terkait kesaksian penculikan. Sebutan 'berbohong' secara psikologis akan berdampak buruk terhadap perkembangan anak ke depannya.
"Jangan nge-judge bahwa anak ini berbohong. Secara psikologi anak kasihan kalau dituduh bohong," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (15/9).
Anna mengatakan, siswi SD di Jakarta Barat tersebut belum tentu berniat bohong tentang apa yang dikatakan. Apalagi, kesaksiannya diamini oleh dua teman lainnya. Namun, Anna mengritisi cara bertanya orang dewasa kepada siswi tersebut.
Menurutnya, dalam video yang viral tersebut, cara bertanya kepada siswi SD terkesan memaksa agar anak menjawab. Cara bertanya seperti itu, kata Anna, tak tepat diterapkan kepada anak. Teknik wawancara untuk menggali informasi dari seorang anak tak bisa disamakan dengan orang dewasa.
Dia menambahkan, pihak sekolah harus mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti bullying dari teman-teman dan orang di sekitarnya. "Anak ini juga harus direhabilitasi namanya di lingkungan sekolah," ujar dia.
Sebelumnya, video cerita siswi SD Tanjung Duren yang mengaku hendak diculik oleh sekelompok orang tak dikenal viral di media sosial berbasis percakapan seperti WhatsApp. Dalam video tersebut, anak itu mengaku, berhasil lolos dari upaya penculikan setelah menggigit tangan orang yang membekap mulutnya.
Kepolisian telah melakukan reka adegan. Namun, kepolisian memastikan kesaksian seorang siswi SD di Jakarta Barat yang mengaku akan diculik terbukti tak benar. Masyarakat diminta hati-hati dan tidak latah dalam menerima sebuah informasi yang diedarkan di media sosial.