REPUBLIKA.CO.ID, CHITTAGONG -- Tim penilai kebutuhan bantuan bagi pengungsi Rohingya dari Indonesia belum dapat mencapai kawasan-kawasan pengungsian, salah satunya bernama Kutupalong, yang menjadi daerah pengungsian di Distrik Cox's Bazar.
"Perkembangan terakhir tadi Ibu Dubes Rina Soemarno mengatakan dia belum memaksakan untuk ke sana dan belum menyarankan karena kondisi keamanan," kata Direktur Tanggap Darurat BNPB Junjungan Tambunan ditemui di Bandara Hazrat Shah Amanat pada Jumat (15/9).
Ia menjelaskan KBRI terus berkoordinasi dengan pemerintah Bangladesh untuk keamanan perjalanan tim penilai kebutuhan bantuan. Insiden rebutan makanan dan bahan bantuan terjadi di daerah Cox's Bazar.
Oleh karena itu, Dubes RI untuk Bangladesh Rina Soemarno juga terus melakukan koordinasi dengan beberapa relawan Indonesia yang ada di lokasi itu. Selain itu, Junjungan memastikan pemerintah Bangladesh akan menyalurkan sejumlah bantuan asal RI yang telah diberikan tersebut.
"Ini sedang dilakukan karena ada hubungannya dengan kondisi darurat yang sementara dikerjakan oleh saudara-saudara kita, militer dari Bangladesh, untuk melakukan pergeseran bantuan-bantuan," katanya.
Rencananya, tim penilai kebutuhan bantuan akan memasuki daerah pengungsian pada Jumat (15/9), namun batal akibat adanya kondisi keamanan yang tidak memungkinkan. Menurut keterangan Dubes Rina, kericuhan sempat terjadi di wilayah Kutupalong, Distrik Cox's Bazar, karena ada pengungsi yang berebut bantuan makanan distribusi dari negara lain yang berada di pinggir jalan sehingga tertabrak lalu lintas kendaraan.
Pemerintah Indonesia telah menuntaskan gelombang pertama pengiriman bantuan kemanusiaan bagi etnis Rohingya di Bangladesh.
Melalui empat sorti penerbangan Hercules TNI AU, Indonesia mengirimkan 20 ton beras, 1 ton gula, 10 unit tenda darurat, 7.000 selimut, 600 paket "family kit", 900 paket sandang, sejumlah tangki air darurat.