REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mengintensifkan pemantauan aktivitas Gunung Agung. Gunung suci umat Hindu Bali itu sejak 14 September lalu ditingkatkan statusnya dari level satu (normal) menjadi level dua (waspada). "Kami sudah sosialisasikan masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi Bali, Gede Made Jaya Serata Berana, Senin (18/9).
Gede Jaya mengatakan, pihaknya mengambil sejumlah langkah antisipasi dan meningkat kesiapsiagaan. Salah satu contohnya memonitor jalur-jalur yang tercatat pernah terdampak letusan pada 1963 silam, kemudian menyosialisasikan kondisi tersebut kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur tersebut.
BPBD Provinsi Bali setiap tahunnya juga rutin melakukan simulasi antisipasi erupsi gunung berapi. BPBD provinsi dan kabupaten juga terus berkoordinasi dengan menyiapkan bantuan tanggap darurat, seperti masker. Kepala Kantor Search And Rescue (SAR) Denpasar, Ketut Gede Ardana menambahkan, pihaknya terus memantau aktivitas Gunung Agung di Karangasem sejak akhir pekan kemarin.
SAR Denpasar bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem dan BPBD Kabupaten Karangasem juga berkoordinasi membahas rencana dan tahapan teknis yang dilakukan masing-masing pihak jika aktivitas Gunung Agung kembali ditingkatkan dari level waspada menjadi siaga atau awas. "Masyarakat di sekitar gunung, serta pengunjung supaya tidak beraktivitas di sekitar area kawah dan seluruh area dalam radius tiga kilometer dari kawah gunung atau elevasi 1.500 meter dari permukaan laut," kata Gede Ardana.
Badan SAR Nasional (Basarnas), kata Gede Ardana juga siap membantu, khususnya dalam penanganan evakuasi. Untuk tindakan preventif, ia juga menginstruksikan kepada anggota di Pos SAR Karangasem dan anggota di kantor SAR Denpasar untuk siaga 24 jam. "Kami juga sudah menyiagakan alat utama SAR dan peralatan evakuasi di pos SAR Karangasem," kata Gede Ardana.
Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan data terakhir pengatamatan Gunung Agung, Ahad (17/9). Cuaca cerah dan hujan. Angin bertiup lemah ke barat. Suhu udara 20,5 hingga 28 derajat celsius dengan kelembaban 70-88 persen. Volume curah hujan 16,6 milimeter (mm) per hari. Visual gunung jelas, dan asap kawah nihil. Sejumlah tremor nonhamonik, gempa vulkanik dalam, dan gempa tektonik lokal terjadi beberapa kali.
Gunung Agung pernah mengalami dua kali erupsi serius. Pada 12 Maret 1963 terjadi erupsi setinggi delapan hingga 10 kilometer (km) disertai aliran piroklastik yang menghancurkan beberapa desa di sekitarnya, disusul aliran lahar yang menewaskan 1.100 jiwa. Erupsi kedua terjadi 27 Januari 1964 dan menyisakan kawah berdiameter 500 meter dan dalam 200 meter.