Senin 18 Sep 2017 12:56 WIB

Pengalaman Mereka Lebih Percaya Prudential Syariah...

Director of Corporate Marketing and Communications PT Prudential, Nini Sumohandoyo
Foto: ROL/Abdul Kodir
Director of Corporate Marketing and Communications PT Prudential, Nini Sumohandoyo

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Memiliki pendapatan sendiri dan berstatus masih single, tidak membuat Yogie Respati abai dalam perencanaan keuangannya. Pekerjaannya di perusahaan swasta yang mobile karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam sehari, membuatnya tertarik untuk mendaftar sebagai peserta asuransi. Kala itu, Yogie membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk menentukan jenis asuransi apa yang cocok untuk diikutinya. 

Setelah menimbang dengan cermat terkait kebutuhannya sebagai pekerja lapangan, akhirnya ia memutuskan mengambil asuransi kesehatan Prudential Syariah. Pemilihan asuransi itu dengan mempertimbangkan nama perusahaan yang sudah dipercaya di masyarakat, yang memiliki kerja sama luas dengan rumah sakit rujukan.

"Sejak 2010 (ikut), karena ngerasa butuh asuransi saja buat diri sendiri. Saya ikut yang PruSyariah, yang asuransi jiwa untuk surgery dan accident. Per bulannya bayar Rp 400 ribu," kata Yogie saat berbincang dengan //Republika//, Ahad (17/9).

Yogie mengatakan, pada awalnya ia cukup kesulitan dalam memutuskan apakah ingin mendaftar di asuransi konvensional atau syariah. Keyakinannya untuk ikut Prudential Syariah akhirnya didapat setelah menggali informasi yang cukup terkait manfaat dan fasilitas yang didapat jika ikut asuransi syariah. Dia pun akhirnya menjatuhkan pilihan ikut Prudential Syariah lantaran memiliki jaringan besar dan sudah dipercaya masyarakat. Yogie juga mengaku lebih tertarik 

dengan konsep yang ditawarkan asuransi syariah daripada konvensional, karena sesuai dengan prinsip yang dipegangnya.

"Saya ikut syariah karena katanya dia risk sharing dengan sesama peserta asuransi. Jadi, perusahaan asuransi hanya sebagai pengelola asuransi saja. Kalau asuransi konvensional kan sifatnya risk transfer ke perusahaan asuransi. Jadi, kalau gak diklaim bisa hilang premi," tutur Yogie. Dia pun selama tujuh tahun ini tidak pernah merasa kecewa atau menyesal ikut asuransi lantaran merasa memiliki proteksi, yang bisa dijadikannya pegangan ketika sewaktu waktu membutuhkannya untuk keperluan medis.

Pengalaman berbeda disampaikan Syalabi (31 tahun). Dia sempat bingung ketika ada agen yang mendatangi tempat tinggalnya di kawasan Condet, Jakarta Timur, sekitar enam tahun lalu. Kala itu, sang agen yang sudah dikenalnya menawarinya untuk mendaftarkan diri ikut asuransi di bidang pendidikan untuk anak pertamanya yang baru lahir dalam hitungan dua pekan. Tidak butuh waktu lama bagi Abi, panggilan akrabnya, untuk mengiyakan tawaran sang agen yang menjual produk Prudential Syariah tersebut.

"Ane ikut yang Rp 350 ribu per bulan sejak tahun 2011. Saya tertarik karena konsepnya ini syariah, pikiran saya ini halal, karena niat awalnya berbeda dengan yang konvensional. Saya merasa lebih aman, halal untuk pendidikan masa depan anak saya," ujar Abi saat berbincang dengan Republika, Sabtu (16/9).

Abi kala itu sebenarnya belum memiliki niatan untuk mengikuti asuransi. Namun, perjuangan keras sang agen yang menjelaskan secara detail manfaatkan keikutsertaan Prudential Syariah membuatnya berubah pikiran. Akhirnya, sejak medio 2011, ia menyisihkan sebagian gajinya untuk membayar iuran bulanan dengan rencana selama 10 tahun.

Sebagai orang yang lahir di lingkungan Betawi religius, Abi merasa tertarik dengan tawaran asuransi berbasis syariah. Menurut dia, simulasi dana pendidikan yang ditawarkan sangat cocok dengan proyeksinya yang ingin menyiapkan dana pendidikan untuk anaknya ketika sudah besar.

Abi tertarik mendaftarkan anaknya ikut asuransi pendidikan Prudential Syariah karena ada garansi pihak perusahaan akan meneruskan iuran bulanan apabila orang tua peserta mengalami penyakit tertentu. Abi selama ini memiliki kekhawatiran karena aktivitasnya yang banyak dihabiskan di jalanan membuat kesehatannya terganggu. Selain berpotensi bermasalah dengan polusi udara, ia juga harus berjaga-jaga mempersiapkan diri mengantisipasi insiden di jalan raya. Abi memang tidak berharap musibah menimpanya. Namun, ia memilih langkah realistis dengan memberikan perlindungan bagi anaknya dalam menghadapi situasi terbutuk.

Padahal, Abi mengaku, di kantornya juga sudah menyediakan fasilitas bagi karyawan dengan mengganti biaya kesehatan hingga batas nominal tertentu. Meski begitu, ia akhirnya tetap tertarik ikut asuransi supaya hal-hal buruk yang menimpanya bisa ditangani perusahaan asuransi. "Konsepnya ini yang cocok dengan saya, tidak ada riba di situ. Dulu, hal itu membuat saya mengikutkan anak saya yang baru lahir daftar asuransi," tutur Abi.

Namun, Abi tidak bisa meneruskan iuran bulanan asuransinya selama 10 tahun, sesuai kesepakatan awal dengan sang agen. Abi akhirnya pada tahun lalu menghentikan iuran bulanan lantaran ada kebutuhan mendesak, setelah istrinya melahirkan anak kedua. 

Karta Raharja memiliki pengalaman tersendiri ketika mengikuti asuransi Prudential Syariah. Warga Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini mengikutkan istri dan anaknya sebagai peserta asuransi kesehatan sejak 2012. Pada awalnya, Karta memilih ikut asuransi konvensional lantaran pada kala itu, ia merasa perlu mendaftarkan keluargnya untuk mendapatkan perlindungan kesehatan. Hanya bertahan kurang setahun, ia memutuskan berhenti dan beralih ke asuransi syariah.

"Saya merasa lebih yakin ikut yang syariah, karena sejak awal niatnya itu yang berbeda dengan konvensional. Kalau ikut konvensional, saya takut kena riba," ujar Karta.

Menurut Karta, banyak manfaat yang didapat dengan ikut asuransi syariah. Dia menuturkan, dengan adanya kartu asuransi di tangan maka ketika tiba-tiba ada yang sakit, ia tidak perlu khawatir. Karta mengaku akan merujuk istrinya ke rumah sakit yang bekerja sama dengan Prudential Syariah. Dengan begitu, ia bisa memberikan fasilitas terbaik kepada istrinya yang dirawat, karena biaya kesehatan yang dikeluarkan dalam batas tertentu ditanggung perusahaan asuransi.

Dia mengakui, pada awalnya ia cukup berat membayar iuran bulanan. Namun, ia merasa tenang ketika pada suatu waktu bisa memanfaatkan kartu asuransi untuk kepentingan medis. Karta juga tak merasa khawatir tentang hukum asuransi syariah yang sempat membuatnya kepikiran, dengan perolehan manfaat bagi keluarganya. 

"Ya pada intinya saya lebih tenang dengan asuransi syariah. Tapi saya tidak meneruskannya karena tahun lalu berhenti. Duitnya saya tarik karena saat itu ada keperluan mendadak," aku Karta.

Terus berinovasi

PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) memperingati tahun ke-10 beroperasi di industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Sejak masuk di segmen asuransi jiwa syariah pada 2007, Prudential Indonesia bersyukur bisa menempati posisi pemimpin pasar, dengan kontribusi dana tabarru atau pengumpulan dana dari peserta per akhir tahun 2016 sebesar Rp 2,2 triliun. Prudential Indonesia juga mencatat lebih dari 510 ribu polis syariah yang aktif, serta aset sebesar Rp 3,4 triliun.

Perusahaan pun pada April lalu, meluncurkan PRUprime healthcare syariah, yang merupakan produk asuransi jiwa rawat inap komprehensif yang berbasis syariah. Corporate Marketing, Communications and Sharia Director Prudential Indonesia, Nini Sumohandoyo mengatakan, PRUprime healthcare syariah tersedia sebagai manfaat tambahan untuk produk PRUlink syariah assurance account. Produk PRUprime healthcare syariah juga menawarkan beragam keunggulan inovatif.

Salah satu keunggulannya, adalah fitur Prudential Indonesia akan membayar biaya rumah sakit sesuai tagihan, sehingga nasabah bisa lebih fokus terhadap pemulihannya.

“Setelah satu dekade beroperasi di industri asuransi jiwa syariah, Prudential akan terus memegang teguh komitmennya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya perlindungan keuangan, dalam hal ini yang berbasis syariah, dan juga komitmen kami untuk berkontribusi pada pertumbuhan perekonomian syariah negara serta memberi kembali kepada masyarakat,” jelas Nini dalam siaran. 

Dia menuturkan, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Prudential Indonesia berkomitmen untuk mendukung pengembangan perekonomian syariah yang merupakan bagian dari rencana pemerintah. Fasilitas PRUprime healthcare syariah disediakan oleh jaringan luas lebih dari 98 ribu tenaga pemasar berlisensi syariah Prudential Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

“Prudential Indonesia percaya bahwa prinsip-prinsip syariah berlaku universal sehingga kami menggunakan tema 'Syariah untuk Semua’ dalam mengedukasi masyarakat,” tutur Nini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement