REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Militer Filipina berhasil merebut kembali Masjid Bato dari tangan milisi Maute dan Abu Sayyaf di Marawi akhir pekan lalu. Masjid Bato merupakan masjid bersejarah di Marawi yang sebelumnya difungsikan sebagai benteng oleh kelompok milisi.
Kepala Komando Angkatan Bersenjata Mindanao Letnan Jenderal Carlito Galvez mengungkapkan, sempat terjadi kontak senjata antara pasukannya dengan milisi ketika berusaha merebut kembali Masjid Bato. "Sebelum merebut kembali masjid (Bato) dari Maute, baku tembak terjadi selama lima jam di daerah tersebut, di mana empat tentara terluka ketika sebuah alat peledak improvisasiyang ditinggalkan meledak, " katanya menerangkan seperti dikutip laman Anadolu Agency, Ahad (17/9).
Kendati demikian, Galvez mengaku pengorbanan pasukannya tak sia-sia karena berhasil mengusir milisi dari masjid tersebut. "Direbutnya kembali sebuah masjid bersejarah dan benteng kunci Maute lainnya merupakan pukulan telak bagi anggota Maute dan Abu Sayyaf lainnya," ujarnya.
Pasukan Filipina memang tidak hanya membebaskan Masjid Bato dari kekuasaan milisi. Mereka juga berhasil mengambil alih bangunan Yayasan Amaitul Islamiya Marawi serta Jamaitul Philippine Al-Islamiyah. Kedua bangunan tersebut sebelumnya juga dijadikan benteng oleh kelompok milisi.
Juru bicara West Min Com Kapten Jo-Ann Petinglay mengungkapkan setelah empat bulan pertempuran dengan kelompok milisi, jumlah korban tewas diantara pasukan pemerintah telah mencapai 149 orang. Sekitar 600 tentara dilaporkan terluka. "Saat ini para teroris Maute memaksa sandera-sanderanya, terutama sandera laki-laki untuk berperang dengan tentara," kata Petinglay.
Lebih dari 800 milisi juga diyakini telah tewas sejak pertempuran meletus pada 23 Mei. Tepatnya ketika kelompok Maute bersaudara yang didukung oleh pemimpin Abu Sayyaf mengambil alih masjid, gereja, dan beberapa fasilitas pemerintah, termasuk rumah sakit, sekolah, kantor polisi, bank, serta bangunan lainnya.