REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Aktivitas warga di sekitar Kawah Sileri, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjanegara, Jawa Tengah, tetap berjalan normal meskipun kawah tersebut mengalami peningkatan aktivitas. Hal itu diungkapkan Kepala Desa Kepakisan Khamid Sobar saat dihubungi dari Banjarnegara, Senin (18/9).
"Hingga pagi ini, aktivitas warga tetap berjalan normal dan belum ada yang mengungsi meskipun PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) telah merekomendasikan untuk diungsikan ke tempat yang aman," katanya.
Ia mengatakan selama ini, warga Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Banjarnegara, mengandalkan kearifan lokal untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya peningkatan aktivitas Kawah Sileri yang berdampak buruk bagi masyarakat.
Menurut dia, kearifan lokal yang selama ini menjadi pegangan masyarakat di antaranya debit air dan uap di permukaan Kawah Sileri. "Debit air Kawah Sileri saat musim kemarau biasanya surut dan ketika sama sekali tidak ada uap di permukaan kawah, itu menjadi salah satu tanda. Ini ada apa," katanya.
Selain itu, kata dia, jika Kawah Sileri mengeluarkan bau belerang yang sangat menyengat selama berhari-hari menjadikan masyarakat setempat meningkatkan kewaspadaan. Ia mengatakan lolongan anjing hutan terus-menerus dan tidak adanya kicauan burung-burung piaraan maupun yang ada di alam bebas juga menjadi salah satu tanda terjadinya peningkatan aktivitas Kawah Sileri.
Kendati berpegang pada kearifan lokal, dia mengatakan warga setempat tetap meningkatkan kesiapsiagan dan kewaspadaan sesuai yang direkomendasikan PVMBG. "Dengan menggunakan kebiasaan atau kearifan lokal yang ada di sini, Insya Allah enggak ada apa-apa, namun kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap ada. Kami sosialisasikan hal itu (kesiapsiagaan dan kewaspadaan, red.) kepada masyarakat," katanya.
Khamid mengakui jika hingga saat ini, masih banyak petani terutama dari sejumlah desa tetangga yang nekat datang ke ladang mereka di sekitar Kawah Sileri meskipun PVMBG telah menetapkan radius bahaya sejauh 1.000 meter dari bibir kawah.
Akan tetapi, kata dia, warga yang beraktivitas di sekitar kawah biasanya lebih dulu mengetahui dan melaporkan ke pemerintah desa jika kondisi Kawah Sileri mencurigakan. Oleh karena itu, lanjut dia, saat Kawah Sileri mengeluarkan letusan freatik pada tanggal 2 Juli 2017 tidak warga setempat yang menjadi korban karena telah mendapat kabar jika kawah tersebut dalam kondisi mencurigakan.
Menurut dia, korban dalam peristiwa itu justru wisatawan yang sedang berwisata di salah satu objek wisata dekat Kawah Sileri. Dalam hal ini, belasan wisatawan terkena semburan lumpur dan beberapa orang di antaranya terluka akibat jatuh saat berusaha menyelamatkan diri.
Lebih lanjut, Khamid mengatakan warga Desa Kepakisan siap diungsikan ke tempat yang aman jika aktivitas Kawah Sileri terus meningkat dan berpotensi menimbulkam dampak buruk. "Namun, kami berharap tidak terjadi apa-apa di Kawah Sileri," katanya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Kawah Sileri dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II) sejak hari Kamis (14/9), pukul 23.00 WIB. Penaikan status tersebut dilakukan karena adanya peningkatan aktivitas di Kawah Sileri sehingga PVMBG menetapkan radius bahaya sejauh 1.000 meter dari bibir kawah.
Kendati Kawah Sileri berstatus waspada, objek wisata lainnya di KWDT Dieng tetap aman dikunjungi wisatawan, antara lain Kompleks Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Kawah Candradimuka, dan Telaga Warna.