REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Kendaraan produksi dalam negeri, Mahesa atau Moda Angkutan Hemat Perdesaan mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya di pabrik Kiat Motor, Klaten Jawa Tengah. Pembuat Mahesa, ternyata terinspirasi dari kendaraan perdesaan yang biasanya disebut Grandong.
Pemilik Kiat Motor, Sukiyat mengatakan grandong biasanya digunakan petani untuk mengangkut hasil pertanian. Terinspirasi dari angkutan itu, dia pun mengajak rekan-rekannya untuk membuat kendaraan perdesaan. Kendaraan ini tak hanya dapat mengangkut hasil pertanian warga, tetapi juga dilengkapi dengan mesin giling, mesin cacah, dan lainnya yang disesuaikan dengan pertanian warga. Dengan kehadiran kendaraan pedesaan itu, Sukiyat berharap agar warga dapat menghemat biaya produksi hasis panen dan efisiensi waktu.
"Di desa kan ada Grandong untuk bawa kayu, saya terjemahkan di situ. Saya berpikir ingin ada layanan di desa itu, kemudian kami buat biayanya urunan tanpa APBN atau APBD. Setelah jadi saya temui pak Presiden, sudah selesai bagaimana pak ini, " kata Sukiyat saat ditemui Republika.co.id di Klaten, Senin (18/9)siang.
Dia dan timnya dari IOI, Kiat Motor, PIKKO, JERICHO, Karoseri ABC, sejumlah universitas, dan beberapa vendor lainnya kemudian memberi nama pada kendaraan perdesaan tersebut yakni Mahesa Nusantara. Sukiyat menerangkan Mahesa merupakan singkatan dari Moda Angkutan Hemat Perdesaan, selain itu dalam bahasa jawa Kuno bermakna kerbau. Dia berharap, Mahesa Nusantara mempunyai peran besar bagi petani desa untuk mengembangkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
"Karena mobil ini serba guna, bisa dimanfaatkan petani di desa untuk giling padi, tepung, sedot air, pompa air, sampai genset. Cocok untuk petani," katanya.
Saat ini, Mahesa Nusantara masih dalam pengembangan terutama pada desain engineering, rantai pasok, tooling, dan persiapan-persiapan lainnya. Selain itu, Sukiyat mengatakan pihaknya tengah mengurus kelengkapan dokumen dan persyarakatan kendaraan perdesaan agar lulus uji tes dan bisa diproduksi massal. Sukiyat menargetkan kendaraan pedesaan tersebut sudah siap diproduksi massal pada Agustus tahun depan.
Sukiyat menerangkan Mahesa Nusantara, dikembangkan dengan konsep multifungsi. Selain dapat mengangkut orang, kendaraan perdesaan itu juga berfungsi untuk mengangkut barang dan bisa disambungkan dengan alat pertanian. Kendaraan pedesan ini menggunakan mesin diesel 650 cc dengan satu silinder dan daya 16,8 PS at 3600/12,5 KW at 3600 serta Torak 29,7 Nm st 2600 dan berbahan bakar solar.
Sedangkan untuk kecepatan maksimum kendaraan perdesaan tersebut mencapai 55 km per jam. Mobil ini tersedia beberapa jenis yakni double cabin yang bisa diisi lima penumpang dan single cabin dan less desk yang hanya cukup diisi oleh dua penumpang. Sedangkan untuk penempatan mesin pertanian didesain di bagian belakang yang mempunyai power take off yang dapat disambungkan ke peralatan petani atau bahkan dihubungkan ke generator listrik. Sukiyat memperkirakan jika telah diproduksi masal harga per unit kendaraan perdesaan di kisaran Rp 60 juta sampai Rp 70 juta sebelum pajak.