REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Pemilik Kiat Motor yang juga inisiator pembuatan mobil Esemka, Sukiyat pesimis dengan nasib karya anak bangsa itu. Menurutnya mobil tesrebut tak mampu diproduksi massal lantaran sudah kalah saing dengan mobil-mobil dari luar negeri yang harganya lebih murah.
Dia mengungkapkan, pembuatan Esemka pada mulanya memang tak ditargetkan untuk produksi melainkan untuk pembelajaran pada siswa di SMK. "Esemka dulu kan dalam rangka mentransfer ilmu, kalau itu di produksi terlalu berat, saingannya terlalu banyak, Ford saja cabut dari Indonesia, sekarang mobil murah banyak toh yang kecil-kecil, padahal dulu saya bikin Esemka besar cocok CC nya 1500 ada yang 2000, itu untuk mentrasfer ilmu pada anak-anak," kata Sukiyat saat ditemui Republika.co.id, Senin (18/9) siang.
Sukiyat menjelaskan, saat itu dirinya rela mewakafkan kendaraan pribadinya untuk pengembangan pembuatan mobil Esemka. Esemka selanjutnya diperkenalkan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Esemka telah menjalani beberapa kali pengujian dimana pada uji emisi Juni 2012, mobil tersebut dinyatakan memenuhi ambang batas dengan CO di bawah 5 gram per kilometer dan HC+NOX di bawah 0,70 gram per kilometer. Kendati demikian untuk memproduksi mobil tersebut, PT Adi Perkasa Citra Esemka Hero yang rencananya memproduksi mobil itu masih menunggu izin manufaktur dari Kementerian Perindustrian.
Sementara itu, Sukiyat justru merasa optimis dengan dukungan pemerintah yang akan memproduksi massal karya terbarunya yakni kendaraan perdesaaan bernama Mahesa Nusantara. Menurutnya, kendaraan multifungsi tersebut sangat bermanfaat bagi masyakat khususnya petanidesa.
"Kalau ini (kendaraan pedesaan) saya rasa tanggapan masyarakat besar, karena berbeda fungsinya. Lahan kita juga masih luas, paling yang kalah nanti itu mobil-mobil pick up," katanya.
Saat ini, Mahesa Nusantara masih dalam pengembangan terutama pada desain engineering, rantai pasok, tooling, dan persiapan-persiapan lainnya. Selain itu, Sukiyat mengatakan pihaknya juga tengah mengurus kelengkapan dokumen dan persyaratan kendaraan perdesaan agar lulus uji tes dan bisa diproduksi massal. Sukiyat menargetkan kendaraan pedesaan tersebut sudah siap diproduksi masal pada Agustus tahun depan. Ia memperkirakan jika telah diproduksi massal harga per unit kendaraan perdesaan di kisaran Rp 60 juta sampai Rp 70 juta sebelum pajak.