Senin 18 Sep 2017 16:34 WIB

Ini Alasan Bank Berencana Pungut Biaya Isi Ulang E-Money

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Pegawai Bank Syariah Mandiri (BSM) memperlihatkan kartu transaksi nontunai, Mandiri Syariah e-Money saat peluncuran di Jakarta, Jumat (15/9).
Foto: Idealisa Masyrafina/Republika
Pegawai Bank Syariah Mandiri (BSM) memperlihatkan kartu transaksi nontunai, Mandiri Syariah e-Money saat peluncuran di Jakarta, Jumat (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Bank Indonesia (BI) untuk membebankan biaya isi ulang uang elektronik kepada konsumen dikarenakan perlunya biaya investasi untuk pengembangan sarana untuk transaksi nontunai.

Menurut Direktur Distribution and Services Mandiri Syariah, Edwin Dwidjajanto, salah satu pertimbangan perlu adanya biaya top up dikarenakan biaya investasi yang cukup tinggi untuk sistem dan infrastruktur uang elektronik.

"Selama ini penggunaan uang elektronik tidak masuk ke fee based income, karena kan lebih untuk menciptakan awareness nasabah," ujar Edwin kepada Republika.co.id, Senin (18/9).

Perbankan, kata dia, selama ini belum meraup untung berupa fee based income dari penerbitan kartu uang elektronik, sementara biaya investasi yang diperlukan cukup tinggi. Sementara di sisi lain dana yang terkumpul tidak boleh dianggap sebagai dana pihak ketiga (DPK), sehingga tidak bisa dijadikan sumber untuk pembiayaan.

Apabila terdapat biaya isi ulang, kata Edwin, nantinya dana tersebut dapat digunakan oleh perbankan untuk menambah dan memelihara sarana top up. "Biaya tersebut juga untuk mengembangkan produk e-money agar nasabah lebih mudah dan nyaman dalam bertransaksi," kata Edwin.

Sementara itu, Mandiri Syariah menargetkan jumlah kartu uang elektronik e-money yang beredar mencapai sebanyak 25 ribu hingga akhir tahun ini. Kartu e-money Mandiri Syariah merupakan hasil kerja sama co-branding dengan Bank Mandiri guna meningkatkan layanan dan kelengkapan pilihan produk bagi nasabah.

Hingga Agustus 2017, Mandiri Syariah telah menerbitkan edisi regular dan beberapa edisi tematik seperti Ramadhan, Idul Adha, dll. Saat ini jumlah e-money Mandiri Syariah yang beredar mencapai 18 ribu kartu.Insya Allah, tahun ini kami menarget sedikitnya ada 25 ribu kartu e-money Mandiri Syariah beredar di pasaran," ujar Edwin.

Diluncurkan 2014, kartu Mandiri Syariah e-Money merupakan implementasi dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Untuk pengisian ulang, pemegang e-money dapat melakukannya di seluruh sarana isi ulang Mandiri e-money, cabang Mandiri Syariah atau merchant ritel yang telah bekerja sama, baik secara tunai ataupun menggunakan kartu debit Mandiri dan kartu debit Mandiri Syariah. "Tapi karena top up hanya bisa di ATM Bank Mandiri, tidak Mandiri Syariah, jadi fee based income dari top up berbayar tersebut masuknya ke Mandiri," kata Edwin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement