REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Muslim Rohingya yang melarikan diri dari serangan militer Myanmar tiba di Bangladesh pada hari Senin, (18/9). Mereka melaporkan terjadinya kekerasan baru dan pembakaran terhadap rumah-rumah Muslim Rohingya hingga menewaskan 12 orang.
Kelompok HAM meminta diberikan sanksi dan embargo senjata kepada Pemerintah Myanmar untuk menghentikan pemusnahan etnis Rohingya. Myanmar yang mayoritas beragama Budha mengatakan, pasukannya sedang melakukan operasi pembersihan terhadap pemberontak Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA).
Ratusan pengungsi Rohingya melakukan perjalanan dengan kapal kecil ke sebuah pulau di ujung selatan Bangladesh pada hari Ahad dan Senin. Mereka menceritakan penganiayaan dan penghancuran rumah-rumah mereka. "Tentara datang dan mereka membakar rumah kami, mereka membunuh orang kami. Ada juga mobilisasi sekelompok orang Rakhine, " kata Usman Goni, (55 tahun).
Goni turun dari kapal dengan tujuh anaknya dan istrinya. Ia membawa sebuah karung. Banyak pengungsi Rohingya mengatakan, warga sipil Budha Rakhine bergabung dengan tentara Myanmar dalam melakukan serangan ke Muslim Rohingya.
Myanmar membantahnya dan telah menyalahkan gerilyawan Muslim atas kekerasan tersebut. Myanmar telah menutup Rakhine dari pekerja kemanusiaan dan wartawan. Kelompok HAM mengatakan, citra satelit menunjukkan sekitar 80 desa Muslim terlihat membara akibat pembakaran. Mereka telah melihat bukti adanya serangan pembakaran terhadap penduduk desa Budha, namun dalam skala yang jauh lebih kecil.