REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring zaman, metode pendidikan anak-anak berkembang. Dahulu, memaksa bahkan menghukum keras anak atau siswa dianggap normal saja. Sekarang tidak lagi. Meski muda, anak-anak tetaplah manusia yang butuh sentuhan memanusiakan.
Unsur kemanusiaan itulah yang menjadi visi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 34 Jakarta, yakni unggul dalam iman dan takwa, iptek, seni budaya, olahraga, dan berjiwa humanis. Dibanding madrasah lainnya, MTsN 34 tergolong istimewa. Inilah madrasah yang belum lama ditunjuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) sebagai madrasah ramah anak.
MTsN 34 ini menjadi satu-satunya madrasah dari 30 sekolah di DKI Jakarta yang menggiatkan belajar di luar kelas sebagai bagian dari kampanye madrasah ramah anak. Wakil Kepala Madrasah Bidang Humas dan Pengembangan Mutu MTsN 34 Jakarta, Aris Adi Leksono mengatakan, madrasah ini memang mendesain lingkungan madrasah agar ramah anak. "Dari sana mulai dirancang program hukuman positif, seperti menghafal Alquran atau menulis dalam huruf Arab," kata Aris kepada Republika.co.id, belum lama ini.
MTsN 34 juga merancang program Jumat humanis yang diisi dengan kegiatan senam bersama, bersih lingkungan di dalam dan lingkungan sekitar madrasah, pembiasaan sarapan pagi, dan tes kesehatan berkala dengan bantuan puskesmas kecamatan dan kelurahan. Pembiasaan doa bersama juga dilakukan melalui istighatsah dan membaca surat pilihan dalam Alquran.
Untuk menumbuhkan jiwa wirausaha, MTsN 34 menggelar market day. Dalam kegiatan ini, para siswa berjual beli hasil karya mereka. Ada pula program unggulan Bank Sampah Nusantara. Pada program tersebut, MTsN 34 bekerja sama dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) untuk manajemen sampah.
Dipilahlah sampah-sampah dalam beberapa kelompok, yakni organik, nonorganik, kertas, dan nonkertas. Daur ulang sampah diintegrasikan dalam mata pelajaran prakarya. Produk yang bernilai jual didistribusikan LPBI NU. Mereka yang akan membantu pemasaran produk para siswa.
Para siswa kemudian diberi buku tabungan. Uang tabungan berasal dari hasil pengumpulan sampah. Alhasil, ketika ada kegiatan di madrasah, mereka tinggal memakai uang dari sana. Oleh karena itu, pihak madrasah juga bekerja sama dengan BNI.
Kementerian PPA dan LSM perlindungan anak melihat langkah MTsN 34 sebagai hal positif dan patut diapresiasi. Kabid Madrasah Kanwil Kemenag Jakarta sudah memberikan arahan agar tiap madrasah menyiapkan indikator penerapan madrasah ramah anak, apalagi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menyambut baik. Konsep sekolah ramah anak sudah lama bergulir dan madrasah menjadi bagiannya.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati menjelaskan, instrumen sekolah ramah anak terdiri atas kurikulum, sarana-prasarana, dan SDM. "Tidak sulit meski juga tidak mudah, ujar dia.
Di sisi kurikulum, proses pembelajaran harus ramah anak, tidak ada hukuman fisik, dan hukuman dibuat sebagai proses yang mendidik. Proses pendidikannya juga menjadikan anak sebagai subjek, bukan hanya objek sehingga anak-anak juga berpartisipasi. Mendengarkan pendapat anak juga menjadi salah satu kriteria.
Dari sisi pengajar, guru harus punya wawasan perlindungan anak yang baik, sekolah bebas dari kekerasan, dan tidak membiarkan hal yang tidak seharusnya justru terjadi. Begitu juga sarana-prasarana yang sesuai dengan kebutuhan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan juga penting karena sebagian besar pendidikan ada di rumah.
Syarat lain dari sekolah ramah anak adalah tidak adanya kekerasan. "Antiperundungan juga harus jadi arus utama," tegasnya.