Selasa 19 Sep 2017 15:36 WIB

Perokok Remaja Meningkat Akibat Terpengaruh Iklan Rokok

Rep: Fuji EP/ Red: Indira Rezkisari
Dua pelajar melintas didepan spanduk larangan dan hukuman bila ketahuan merokok yang dipasang digerbang sebuah sekolah.
Foto: Antara/Muhammad Deffa
Dua pelajar melintas didepan spanduk larangan dan hukuman bila ketahuan merokok yang dipasang digerbang sebuah sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) melakukan penelitian berjudul 'Hubungan antara Status Merokok pada Pelajar dengan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok di Pulau Jawa'. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan banyak remaja menjadi perokok pemula akibat menjadi korban iklan rokok.

Ketua Umum PP IPM, Velandani Prakoso mengatakan, produksi rokok di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Badan Kebijakan Fiskal mencatat, terjadi kenaikan produksi rokok dari 344,52 miliar batang pada 2014 menjadi 348,12 miliar batang di tahun 2015.

"Para perokok remaja menjadi salah satu kelompok usia yang menyumbang tingginya angka (produksi rokok) tersebut," kata Prakoso kepada Republika.co.id, Selasa (19/9).

Ia menerangkan, remaja adalah perokok pemula yang terpengaruh citra buatan industri rokok melalui promosi dan iklan di berbagai media. Pelaku industri rokok memang menyasar para remaja karena akan ditargetkan menjadi konsumen loyal untuk produknya di masa depan.

Menurut hasil penelitian, para remaja juga mudah dipengaruhi dengan stimulan-stimulan media. Faktor yang mendorong remaja mengkonsumsi rokok adalah keterpanaan mereka dengan iklan, promosi dan sponsor rokok.

"Sebanyak 98,97 persen responden (yang menjadi objek penelitian) mengaku pernah melihat iklan rokok dari berbagai media. Sebanyak 31,64 persen responden menyatakan bahwa iklan rokok yang selama ini beredar menarik," jelasnya.

Peneliti 'Hubungan antara Status Merokok pada Pelajar dengan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok di Pulau Jawa', Rifki Solihatun mengungkapkan, iklan menggunakan bahasa persuasif untuk menarik perhatian penonton agar mau mencoba dan mengkonsumsi produk yang diiklankannya. Iklan menjadi stimulan agar siapapun yang melihatnya tertarik dan mau mencobanya.

"Rasa penasaran dan ketertarikan pada rokok setelah melihat iklan ini diamini sebanyak 68,91 persen responden," ujarnya.

Solihatun menyampaikan, responden berpandangan adanya iklan rokok mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok. Sementara, sebanyak 53 persen responden yang sudah aktif merokok mengaku tertarik dengan iklan-iklan rokok. Mudahnya para pelajar terpapar iklan rokok sehingga mempengaruhi mereka untuk mencobanya. Hal tersebut menunjukan bahwa regulasi pembatasan iklan rokok yang dijalankan belum efektif.

Sebelumnya, IPM melakukan penelitian dengan menyebar kuesioner ke siswa sekolah menengah di enam ibu kota provinsi yang ada di Pulau Jawa. Sebanyak 1.261 pelajar usia 8-16 tahun menjadi responden. Hasilnya diketahui, perokok pemula di kalangan pelajar berusia 13-16 tahun meningkat 15 persen. Remaja berusia 14 tahun yang paling banyak menjadi perokok pemula.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement