Selasa 19 Sep 2017 17:18 WIB

Pedagang di Loksem Pasar Senen Keluhkan Omzet Menurun

Rep: Sri Handayani/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah konsumen memilih pakaian cakar (cap karung) di depan pasar Proyek Senen Jakarta yang habis terbakar beberapa waktu lalu, Selasa (11/7)
Foto: Republika / Darmawan
Sejumlah konsumen memilih pakaian cakar (cap karung) di depan pasar Proyek Senen Jakarta yang habis terbakar beberapa waktu lalu, Selasa (11/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pedagang dari Blok I dan Blok II Pasar Senen yang terbakar Januari lalu kini dipindahkan ke Blok IV dan Blok V. Hingga kini, mereka mengeluhkan sepinya pembeli di kawasan tersebut.

Pedagang baju second, R Sitinjak (41 tahun), mengatakan penurunan omzet mencapai 50-70 persen dibandingkan di Blok I dan II. Ini tak hanya terjadi pada para pedagang baju second, tapi juga percetakan hingga atribut PNS/TNI.

"Barang juga susah dapatnya, mahal. Daya beli pembeli turun," ujar dia saat ditemui di salah satu los di Blok V Pasar Senen.

Sitinjak menceritakan, sejak kebakaran yang terjadi Januari lalu, ia sempat berjualan di area parkir selama beberapa bulan. Ia baru dipindahkan ke lokasi baru pada Mei. Menurut Sitinjak, biaya di lokasi yang baru memang lebih murah. Namun, fasilitas yang diperoleh juga tak lebih baik. Namun, ia memaklumi sebab ini adalah lokasi sementara.

Di lokasi yang lama, ia membayar Rp 850 ribu per bulan, sudah termasuk biaya kebersihan, listrik, dan sebagainya. Di lokasi sementara, ia tidak dipungut biaya sewa los. Ia hanya diminta uang administrasi, listrik, dan kebersihan seharga Rp 112 ribu.

Lokasi sementara lebih kecil. Jika dulu di Blok I ia memiliki los berukuran 2x2 meter, kini los yang diperoleh hanya 2x1,2 meter. "Ukurannya di sini lebih kecil. Namanya penampungan. Sekarang dibagi-dibagi. Yang penting terakomodir semua," kata dia.

Menurut pengamatan Republika.co.id di lapangan, kondisi para pedagang di Blok V sangat padat. Ada sekitar 400 pedagang dari dua blok menempati satu lantai di Blok IV dan V. Semua jenis usaha bercampur di satu lantai.

Sitinjak menceritakan, banyak juga pedagang kaki lima yang terpaksa gulung tikar karena tak terdaftar dan tak mendapat ganti rugi di lokasi sementara. Ia berharap, setelah lokasi Blok I dan Blok II dibangun, mereka akan mendapatkan hak untuk berjualan di tempat itu lagi.

"Ingin seperti dulu lagi. Ngumpul baju second semua. Pedagang harus dapat hak. Jangan dikasihkan ke pihak lain," kata dia.

Pengusaha percetakan, atribut partai, dan reklame, Supri Wijaya, juga mengeluhkan hal yang sama. Lokasi baru kurang begitu ramai dan lokasinya jauh lebih tertutup. "Sekarang omzet jadi nggak tentu. Paling sehari kalau partai Rp 5 juta. Kadang nggak ada sama sekali. Kalau di sana (Blok I dan II) dulu bisa hampir Rp 10 juta," kata dia.

Kini, Supri harus memulai usahanya dari nol. Ia mengandalkan langganan lama untuk bangkit dari musibah kebakaran yang merugikan hingga Rp 500 juta. Ia berharap pembangunan Blok I dan Blok II segera dirampungkan dan para pedagang bisa kembali mendapat tempat berjualan yang layak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement