REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terpantau mengalami peningkatan khususnya di Kalimantan Barat (Kalbar) dengan 24 titik panas terpantau oleh satelit NOAA pada Rabu (20/9), pukul 20.00 WIB.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Raffles B Pandjaitan, di Jakarta, Kamis (21/9), mengatakan peningkatan titik panas di Kalimantan Barat dapat disebabkan aktivitas pembukaan lahan yang dilakukan pada waktu bersamaan, meskipun terdapat batasan-batasan dalam pelaksanaannya.
Titik panas di Kalimantan Barat terpantau cukup tinggi berdasarkan satelit TERRA AQUA (NASA) confidence level lebih kurang 80, yaitu sebanyak 12 titik dari total 22 titik panas yang terpantau. Sedangkan dari total 62 hotspot yang terpantau satelit TERRA AQUA (LAPAN) confidence level lebih kurang 80 persen, 46 diantaranya berada di provinsi tersebut.
Adapun penyebaran titik panas lainnya terdapat di Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. "Di Kalimantan Barat masih menganut kearifan lokal dengan sebutan 7T, yaitu Tebas, Tebang, Tunu, Tugal, Tanam, Tuai dan Tinggal," ujar Raffles.
Beberapa aturan kearifan lokal tersebut, antara lain diawali dengan acara adat, penyiapan sesajen, keharusan membuat sekat bakar (jika melanggar dan terjadi kebakaran, dikenakan sanksi adat), penggunaan Lemang (ketan dalam bambu) sebagai ukuran keberhasilan pembakaran, pembakaran dilakukan perorangan ataupun bersama kerabat, serta sebagian besar pembukaan lahan agar dilaksanakan di areal tanah mineral.
Raffles juga mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil temuan di lapangan, para masyarakat sudah mulai memilih metode pengolahan lahan dengan bantuan traktor dan teknologi pertanian lainnya.
Sementara itu, berdasarkan Prediksi Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK) tanggal 21 September 2017, pada umumnya provinsi-provinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua, berada dalam kondisi sangat mudah terbakar.
"Informasi prediksi SPBK ini harus menjadi perhatian agar dapat diantisipasi adanya potensi karhutla terutama di daerah-daerah tersebut," kata Raffles.