REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran yang melanda hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) di Blok Batu Saheng, Dusun BinaKarya Pakuncen, Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Kamis (21/9), berhasil dipadamkan. Namun, petugas masih mewaspadai bara api agar tidak menyala kembali.
"Api besar sudah padam jam tiga pagi, tapi masih menyisakan bara. Sekarang terus dipantau," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, saat dihubungi Republika melalui telepon selulernya, Jumat (22/9) pagi.
Menurut Agus, api pertama kali terlihat pada Kamis (21/9) pukul 15.00 WIB. Api membakar kawasan perbukitan dengan ketinggian antara 300-400 mdpl. Kawasan itu berupa bebatuan dengan dominan semak belukar.
Pada pukul 18.00 WIB, api mulai mendekati pemukiman Dusun Cirendang, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Jarak lokasi kebakaran ke pemukiman terdekat sekitar 50meter, terhalang oleh kebun masyarakat. Di Dusun Cirendang itu terdapat sekitar 65 rumah dengan jumlah penduduk kurang lebih 200 jiwa.
"Tapi masyarakat belum ada yang diungsikan," tutur Agus.
Untuk memadamkan api, tim dari BPBD Kuningan, bekerja sama dengan TNI, Polri, Tim KRK dan masyarakat setempat. Meski sempat terkendala dengan kelerengan, berbukit curam serta kondisi cuaca berupa angin kencang, upaya pemadaman api akhirnya berhasil dilakukan.
"Untuk luas lahan yang terbakar masih dalam perhitungan," terang Agus.
Sebelumnya, kebakaran juga pernah terjadi di kawasan hutan Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, pada awal Agustus 2017. Kebakaran itu menghanguskan sekitar tiga hektare semak-semak.
Terpisah, Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, mengimbau semua pihak untuk mewaspadai terjadinya kebakaran, terutama kebakaran hutan. Pasalnya, di musim kemarau seperti saat ini, suhu udara tinggi ditambah kencangnya tiupan angin membuat kebakaran mudah terjadi.
Suhu udara yang panas dan angin kencang bisa menimbulkan kebakaran hutan yang dikarenakan gesekan ranting-ranting pohon, tukas pria yang biasa disapa Faiz itu.