REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para tokoh lintas agama di Indonesia menyatakan sikap terkait konflik yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Seluruh elemen umat beragama diminta menyikapi kondisi ini secara bijaksana dengan menggalang bantuan.
Mewakili para tokoh agama, Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj menyampaikan lima poin pernyataan sikap bersama. Pertama, mengutuk dan mengecam segala bentuk kekerasan. Tindakan kekerasan mencederai kemanusiaan dan tidak dibernakan oleh agama dan keyakinan mana pun.
Kedua, mengapresiasi dan mendukung penuh langkah Pemerintah Indonesia yang mengupayakan solusi untuk mengatasi tragedi kemanusiaan yang menimpa warga etnis Rohingya di Rakhine. Langkah tersebut merupakan langkah konkret dan sigap dalam menyikapi tragedi yang sedang berlangsung.
Ketiga, mendesak seluruh elemen internasional, PBB dan ASEAN untuk bersama lebih proaktif mencari langkah dan solusi dalam menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi. Keempat, mengajak seluruh elemen untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan konflik yang terjadi dengan menyeret agama dan keyakinan tertentu.
Apa yang terjadi di Rohingya adalah tragedi kemanusiaa. ''Kita harus meletakkannya dalam kaca mata kemanusiaan tanpa pernah tersekat dan terkotak oleh keyakinan tertentu,'' kata KH Said saat membacakan pernyataan sikap tokoh lintas agama di Kantor PBNU, Jakarta pada Jumat (22/9).
Apa yang terjadi di Rohingya, lanjut KH Said, lebih kompleks dari hanya sekadar simplifikasi isu agama. Di sana ada perebutan sumber daya dan ada pertarungan politik.
Karena itu, yang paling tepat adalah mendudukkan tragedi yang menimpa warga etnis Rohingya sebagai tragedi kemanusiaan. Kelima, menyerukan kepada seluruh umat beragama untuk berpartisipasi aktif dalam menggalang donasi dan bantuan kemanusiaan kepada korban tragedi kemanusiaan di Rakhine. Langkah paling bijaksana dan nyata sekaligus dibutuhkan oleh korban saat ini adalah menggalang bantuan berupa makanan, sarana kesehatan, dan juga sarana pendidikan.