REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) menggelar seminar dengan isu yang sedang hangat diperbicangkan saat ini. Isu itu terkait persoalan radikalisme dan intoleransi.
Seminar yang digelar di salah satu hotel di Yogyakarta dan menghadirkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin itu mengusung tema "Penanggulangan Radikalisme dan Intoleransi Melalui Bahasa Agama". Pada kesempatan itu Menag menekankan mengenai pentingnya sikap rendah hati.
"Salah satu langkah dalam menangkal radikalisme dan intoleransi adalah dengan bersikap rendah hati. Artinya, meski kita meyakini bahwa agama kita adalah yang paling baik, namun jangan menganggap yang berbeda dengan kita adalah salah semua," ujar Lukman, Sabtu (23/9).
Menurut Lukman, ini harus ditekankan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga masyarakat tidak terjerumus pada tindakan ektstrim dan intoleran. Selain itu, ia juga mendorong agar seluruh tokoh agama dapat lebih mengajarkan ajaran agama sesuai dengan esensi atau substansi dari ajaran agama itu sendiri. "Yaitu agama yang menebarkan rahmat bagi seluruh orang," kata dia.
Karena, kata Lukman, seluruh agama hadir agar setiap manusia dapat menjaga harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan. Ha itulah yang dinilai oleh Lukman sebagai esensi dari agama.
Lukman juga berharap agama bukan dijadikan alat untuk merendahkan sesama, karena itu sangat bertolak belakang dengan esensi dari ajaran agama.
Menurut Lukman, banyak orang yang enggan membuka diri dan bertoleransi karena takut agamanya akan terusik. Padahal, lanjutnya, setiap orang harus rendah hati untuk bisa menghindari ekstrimisme. Karena ia menilai toleransi tidak akan mengusik keimanan seseorang.
Selain itu, Lukman juga mengatakan masyarakat harus menghindari fanatisme dan radikalisme yang berlebihan. Menurutnya sikap radikal dan fanatik dalam memeluk agama tidak menjadi masalah. Namun, jika dilakukan berlebihan maka akan menimbulkan sikap intoleran dan pemaksaan suatu agama kepada umat agama lain.
"Begitu fanatiknya, maka ia menilai orang di luarnya salah. Sehingga dengan seluruh kekuatan, ia memaksa orang untuk sama dengan dirinya. Ini yang harus dihindari," kata Lukman.
Selanjutnya, Lukman juga mengingatkan, tak ada satu pun agama yang mengajarkan umatnya untuk membenci, membunuh, dan berbuat jahat kepada orang lain. Maka ia meminta para tokoh agama untuk mengajarkan agama sebagai rahmat bagi seluruh orang.
Selain memaparkan materi dalam seminar, Lukman juga sempat memaparkan tentang penangggulangan radikalisme di Masjid Syuhada, Kota Baru, Yogyakarta. Kegiatan yang merupakan rangkaian acara Milad ke-65 Masjid Syuhada itu dikemas dalam kegiatan "Dialog Menteri Agama dengan Masyarakat Yogya". Tema yang diusung dalam kegiatan itu adalah "Peran Masjid Syuhada Dalam Menanggulangi Radikalisme."