Iring-iringan warga sambil membawa jampana berisi sayur-sayuran menuju mata air Irung-irung pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Anak-anak memakai baju tradisional menuju mata air Irung-irung pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Masyarakat berdoa bersama di mata air Irung-irung pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Para peserta memperlihatkan senapan air usai prosesi perang air di mata air Irung-irung pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Kesenian kuda lumping memeriahkan prosesi pada acara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan atau menyelamatkan air dan selokan di mata air Irung-irung dalam rangkaian Festival Cihideung, di Kecamatan Parongpong, Kabupaten bandung Barat, Sabtu (23/9). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, PARONGPONG -- Berbagai upaya dilakukan sebagai ajang pelestarian potensi alam dan budaya. Termasuk dalam hal ini adalah upacara adat 'ngalokat cai' yang dilakukan di ajang Festival Cihideung, sebuah kawasan penghasil tanaman bunga di Bandung Utara. Upacara ngalokat cai ini menjadi simbolisasi pelestarian sumber air sebagai sumber kehidupan bagi warga.
sumber : Republika Foto
Advertisement