Senin 25 Sep 2017 09:33 WIB

Tower Sutet Tertinggi Dunia Siap Hiasi Banyuwangi dan Bali

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Indira Rezkisari
Saluran Udara Tegangan Tinggi.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Saluran Udara Tegangan Tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali (JBTB) I menargetkan pembangunan dua tower saluran udara tekanan ekstra tinggi (SUTET) tertinggi di dunia. Dua tower yang ditarget beroperasi pada 2019 nantinya dibangun di Banyuwangi dan Bali.

Tower "Java-Bali Crossing" atau sambungan listrik 500 kV yang menghubungan Pulau Jawa dan Bali tersebut memiliki tinggi 376 meter. Adapun, luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan tower tersebut mencapai satu hektar.

Jika dilihat dari tingginya, menara "Java-Bali Crossing" ini nantinya mengalahkan Menara Eiffel yang hanya memiliki tinggi 324 meter. "Jadi nantinya menara ini menjadi yang tertinggi di dunia," Manajer Unit Proyek Jaringan II JBTB I, Indra Yoga Suharto, di Banyuwangi.

Yoga juga berharap, dua menara tersebut juga nantinya bisa menjadi ikon wisata baru di Banyuwangi dan Bali. Bahkan, lanjut Yoga, Bupati Banyuwangi Azwar Anas pun mengharapkan hal yang sama, yakni lokasi tersebut bisa menjadi salah satu obyek wisata di Banyuwangi.

"Pak Bupati Banyuwangi malah minta dibangunkannya museum kelistrikan di sekitar menara itu," ucap Yoga.

Yoga kemudian meyakinkan, tingginya menara yang dibangun tidak akan mengganggu lalu lintas kapal yang melintas di kawasan setempat. Mengingat, wilayah laut yang nantinya akan dibentangi sambungan listrik 500 kV tersebut merupakan wilayah padat akan lalu lintas kapal.

"Jadi tinggi menara ini dari atas permukaan tertinggi laut itu 70 meter. Sementara kapal tertinggi yang melintas di sana hanya 40 meter," terang Yoga.

Yoga kemudian menjelaskan pentingnya pembangunan kedua menara tersebut mengingat daya yang terpasang di Bali, yang saat ini sebesar 1.290 MW tidak akan mencukupi kebutuhan listrik di Pulau Dewata pada 2021. itu tak lain karena kemampuan daya di Bali pada 2021 diperkirakan hanya 1.100 MW, sementara daya puncaknya mencapai 1.214 MW.

"Jadi jika tidak ditambah daya, tahun 2021 Bali bisa gelap. Dengan tersambung dua menara akan menambah pasokan daya listrik sekitar 2.800 MW," kata Yoga.

Yoga juga menjelaskan, dengan dialirkannya pasokan daya listrik dari Jawa menuju Bali sesuai dengan visi pemerintah untuk mengurai bauran energi batu bara. Tak hanya itu, pembangunan tersebut juga mendukung visi pemerintah Bali untuk menjadikan Pulau Dewata yang bersih dan hijau.

Yoga juga menjabarkan, anggaran yang diperlukan untuk pembangunan tower "Java-Bali Crossing" mencapai Rp 4,89 triliun. Kesemuanya akan dipenuhi dengan dana pinjaman dari ADB, AIF, KfW, APLN.

Yoga mengaku,  beberapa perizinan terkait pembangunan tersebut sudah keluar, meski ada perizinan lainnya yang masih dalam proses. Menurutnya kendala yang ditemuinya saat ini hanya keberatan dari Pemerintah Daerah Buleleng, Bali.

"Setiap program kami anggap wajar jika ada masalah, namun hal itu akan kami komunikasikan dengan pemerintah daerah setempat, agar target 2019 terpasang dan tersambung bisa tercapai," ucap Yoga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement