REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR-RI, Supiadin Aries Saputra mengatakan, jika memang akan dibuat film terbaru dari G30S/PKI, maka harus tidak menghilangkan substansi dari pemberontakan yang terjadi oleh PKI. Hal tersebut, dia mengatakan, tidak bisa dipisahkan dari peristiwa yang terjadi, karena pemberontakan yang dilakukan PKI terhadap pemerintahan yang sah pada saat itu memang benar-benar terjadi.
"Substansinya bahwa tahun 1965 itu telah terjadi pemberontakan oleh PKI melawan pemerintahan Indonesia yang sah, itu substansinya," ujar dia saat ditemui Republika.co.id di Gedung Nusantara I, Senin (25/9).
Jika substansi tersebut tidak bergeser, dia mengatakan, bahkan film G30S/PKI bisa dibuat versi animasi. Hal tersebut, lanjut dia, bisa lebih mendekatkan sejarah pada generasi muda, terutama untuk anak-anak. "Kalau untuk anak-anak kan bisa kita bikin animasi," jelas dia.
Terkait penyaringan adegan kekerasan dan lain untuk mendapatkan lulus sensor, politikus Partai Nasdem tersebut menjelaskan, bisa diubah tidak dengan mengubah inti dari pesan sejarah dilm. Hal tersebut, lanjut dia, bisa dikreasikan oleh sutradara pembuat film.
"Terserah bagaimana sutradara mengatur itu. bagaimana menampilkan adegan-adegannya itu supaya menampilkan adegan-adegan (tanpa) kekerasan sekarang itu," jelas dia.
Sedangkan untuk pembuatan film tersebut, Supiadin menjelaskan, tentu perlu waktu yang panjang untuk kembali menggali sejarah-sejarah pemberontakan yang dilakukan PKI. Sutradara dan pemain film, lanjut dia, bisa belajar tentang sejarah G30S/PKI melalui ahli waris dari para korban pembunuhan sadis yang dilakukan PKI.
"Kita datang ke museum-museum TNI yang menggambarkan itu, museum Lubang Buaya, museum Satria Mandala, itu kan tergambar semua," ujar dia.