Senin 25 Sep 2017 15:46 WIB

Alumni: Tradisi Duel 'Bom-boman' Sudah Ada Sejak 1995

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Bayu Hermawan
Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya (tengah) menunjukkan barang bukti berkas surat keterangan dan hasil otopsi kepada wartawan terkait tewasnya siswa SMA di Bogor yang tewas berkelahi di Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/9).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya (tengah) menunjukkan barang bukti berkas surat keterangan dan hasil otopsi kepada wartawan terkait tewasnya siswa SMA di Bogor yang tewas berkelahi di Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Motif duel Bom-boman ala gladiator hanya untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman dan pihak lawan, juga dibenarkan oleh alumni SMA Budi Mulia Bogor, Herbert Sihombing. Namun menurutnya, bom-boman tersebut tidak menyisakan perasaan dendam antara kedua belah pihak.

"Setelah bertarung, satu sama lain ya berteman lagi seperti biasa," kata Herbert, alumni SMA Budi Mulia Bogor angkatan 1995, saat ditemui di SMA Budi Mulia Bogor, Senin (25/9).

Menurut Herbert, duel ala gladiator tersebut memang sudah berlangsung sejak dirinya bersekolah di SMA Budi Mulia Bogor. Namun saat itu, sebutan duel itu hanya dikenal sebagai Bom-boman saja, bukan Gladiator.

"Alasan Bom-boman juga karena masalah personal. Misalnya soal cewek," ujarnya.

Herbert menuturkan, julukan duel ala gladiator pun diketahui setelah kasus tersebut, kembali mencuat dan ramai diperbincangkan. Meski begitu, dia mendukung pihak kepolisian untuk mengungkap kasus tersebut hingga tuntas dan mempidanakan para tersangka.

Diberitakan sebelumnya, siswa SMA Budi Mulia Kota Bogor, Hilarius Christian Event Raharjo, tewas diduga mengalami kekerasan fisik dalam tradisi Bom-boman. Anak pasangan Maria Agnes dengan Raharjo ini tewas setelah bertarungan satu lawan satu dengan pelajar sekolah lain dan disaksikan oleh puluhan pelajar lainnya di Lapangan Palupuh, belakang SMAN 7 Kota Bogor.

Pertarungan ala gladiator atau Bom-boman ini sebuah tradisi dalam menghadapi even besar, kompetisi liga bola basket (DBL) antar pelajar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement