Senin 25 Sep 2017 15:51 WIB

Harga Cabai di Tingkat Petani Anjlok

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nidia Zuraya
Petani Cabai (ilustrasi)
Foto: informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sebelum musim kemarau, hatga cabai di tingkat eceran melonjak tinggi hingga mencapai Rp 60 ribu per kg. Namun pada musim kemarau seperti sekarang, harga cabai anjlok. Dari pemantauan di beberapa pasar tradisional Kota Purwokerto, cabai rawit dijual seharga Rp 14.000 per kg-Rp 16 ribu per kg.

''Sekarang harga cabai memang sedang murah. Pasokannya juga banyak, dan kualitasnya bagus-bagus,'' jelas Wati (46), seorang pedagang sayur dan bumbu-bumbuan di Pasar Manis Purwokerto, Senin (25/9).

Dia menyebutkan, harga cabai yang murah seperti sekarang, memang biasa terjadi pada musim kemarau. Berbeda dengan kondisi musim penghujan, dimana harga cabai biasanya melonjak tinggi. ''Saya tidak tahu berapa harga cabai di petaninya. Tapi saya beli dari pemasokanya Rp 10 ribu, sehingga saya jual Rp 14 ribu untuk cabe rawit,'' jelasnya.

Sementara di tingkat pedagang sayur keliling, harga cabai agak lebih tinggi lagi. Sebungkus cabai rawit yang berbobot sekitar 0,5 ons, dijual seharga Rp 2.000. Dengan demikian, harga per kilogramnya mencapai sekitar Rp 20 ribu. ''Kita kan juga harus dapat untung. Kalau tidak dapat untung, ya kita yang rugi,'' jelas Asep (23), pedagang keliling di wilayah Kecamatan Patikraja.

Dengan harga eceran tersebut, harga cabe di tingkat petani ternyata jauh lebih rendah lagi. Seperti di wilayah pertanian sentra penghasil sayur Desa Serang Kecamatan Karangreja, harga caai rawit di tingkat petani hanya dihargai Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per kg.

''Sudah sebulan ini, harga cabai terus merosot. Sebulan lalu, cabai hasil panen petani di sini masih laku Rp 10 ribu per kg. Namun sekarang sudah mencapaoi Rp 6.000 per kg. Kalau cabainya bagus dan besar-besar, masih laku Rp 8.000 per kg,'' jelas Agus (45), seoraangtni di desa tersebut.

Dia memperkirakan, harga cabai akan terus merosot karena banyak petani sedang memasuki masa panen cabai. Selain itu, petani cabai yang panen tidak hanya berada di Desa Serang saja. Di sentra-sentra pertanian lagi, para petani juga sedang memasuki masa penan.

Selain itu, tambah Agus, hasil panen cabai di hampir semua sentra pertanian juga tergolong berhasil. Tidak banyak hama jamur yang kerap menyerang tanaman cabai, sebagaimana pada musim penghujan.

Menurutnya, dengan harga Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per kg, petani memang masih bisa mendapatkan untung. Tapi menurutnya, keuntungan yang diperoleh sudah sangat tipis. ''Kalau sudah sampai di bawah Rp 5.000, kami jelas rugi. Kalau sudah sampai harga segitu, banyak petani yang akhirnya membiarkan cabainya membusuk di pohon,'' katanya.

Dia menyebutkan, untuk menanam cabai dibutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini karena tanaman cabai membutuhkan perlakukan khusus, seperti dengan membuat bedeng yang kemudian ditutup plastik. ''Belum lagi kami harus membeli pupuk dan obat-obatan anti hama. Kalau harganya sudah di bawah Rp 5.000, ya pasti kami rugi,'' jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement