REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kabar bohong atau hoax tentang letusan Gunung Agung banyak disebarluaskan di media sosial dan grup-grup aplikasi WhatsApp.
Sejak peningkatan status awas pada 22 September 2017 hingga kini, banyak hoax disebarkan menggunakan foto dan video letusan Gunung Soputan 2015 di Sulawesi Utara dan Gunung Sinabung 2015 di Sumatera Utara. Akibatnya, masyarakat menjadi panik.
"Ini adalah letusan Sinabung 2015. Ada di Youtube. Tapi diaku letusan Gunung Agung. Diedarkan pada 22 September malam saat peningkatan status awas sehingga menimbulkan kepanikan masyarakat saat evakuasi pada malam hari," kata Sutopo Purwo Nugroho, di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Senin (25/9).
Tidak hanya foto-foto, surat tanggap darurat bupati juga direkayasa. Di dalamnya disebutkan bahwa Gunung Agung sudah meletus, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Sutopo menegaskan tidak ada surat pernyataan tanggap darurat dari kepala daerah memakai materai. Ia meminta masyarakat tidak memercayai kabar bohong itu.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB ini tak habis pikir mengapa kondisi bencana justru digunakan untuk menyebarkan berita bohong semacam. Lanjut Sutopo, pesan-pesan berantai di aplikasi WhatsApp tak luput dari hoax. Kabar menyebut letusan Gunung Agung akan menimbulkan dampak bagi masyarakat di Jawa Timur.
Berikut salah satu bunyi pesan hoax yang dipaparkan Sutopo, "Diperkirakan Gunung Agung meletus malam ini. Dan arah angin ke barat ke arah Surabaya. Yang di Surabaya dan sekitarnya bisa siapkan masker karena debu vulkanik akan sampai Surabaya dan merujuk letusan tahun 1963, debu sangat tebal bahkan saat siang matahari tidak tampak, tertutup debu vulkanik...."
Sutopo menyatakan, BNPB akan mengambil langkah tegas terhadap netizen yang menyebarkan kabar bohong tersebut. Ia menilai hoax salah satunya disebarkan untuk meningkatkan rating pengunjung blog atau sosial media oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di dunia maya.
"BNPB akan menyampaikan ke Kominfo agar diblokir. Karena itu memberikan dampak. Ada sebagian masyarakat akhirnya mengungsi ke Lombok, mengungsi ke Jawa Timur, keluar dari wilayah Bali karena informasi yang menyesatkan ini," kata Sutopo menegaskan.
Sutopo menyampaikan ada beberapa kanal yang bisa diakses masyarakat untuk mengetahui kondisi terkini Gunung Agung. Di antaranya, dengan mengunduh aplikasi MAGMA atau mengunjungi website magma.vsi.esdm.go.id.