Senin 25 Sep 2017 19:03 WIB

Bekas Luka di Kepala, Gara-Gara Ingin Gebuk yang Katanya PKI

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Endro Yuwanto
Petugas berusaha membubarkan massa yang mengepung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)  di kawasan Diponegoro, Jakarta, Senin (18/9).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas berusaha membubarkan massa yang mengepung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di kawasan Diponegoro, Jakarta, Senin (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yogi Rinaldi (37 tahun) seorang pria asal Paseban, Kecamatan Pasar Senen, Jakarta Pusat ini harus menerima lima jahitan di kepala.

Ironisnya, jahitan tersebut diterima lantaran ingin membantu Presiden Joko Widodo menggebuk kegiatan yang diduga membangkitkan PKI yang diselenggarakan di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, pada Senin (18/9) dinihari WIB.

Yogi menceritakan keinginannya untuk membubarkan acara seminar yang diduga bertema kebangkitan PKI tersebut justru berbuah jahitan di kepala bagian kanan. Tidak hanya itu, luka di bagian rusuk kiri juga dialaminya.

Bermula dari informasi seorang rekannya, ada acara seminar yang memuat konten komunisme, Yogi datang bersama rombongan pada Ahad (17/9) pukul 23.00 WIB.

"Saya dapat info dari temen, sekitar pukul sebelas malam (17/9) sudah merapat ke LBH karena ada info seminar, seminar yang katanya tentang PKI, saya sama teman-teman merapat ke sana," ujar Yogi kepada Republika.co.id saat ditemui melakukan audiensi bersama FUI ke Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon di Gedung DPR-RI, Senin (25/9).

Ketika Yogi datang ke YLBHI, masa masih tenang dan mendengarkan penyampaian perwakilan dari Polres Jakarta Pusat dan Dandim Jakarta Pusat. Saat itu, Yogi menggambarkan, sudah berkerumun masa anti-komunis dan menceritakan pihak kepolisian sudah bersiap siaga untuk membubarkan masa.

Selepas terjadinya keributan, masa satu persatu membubarkan diri dari lokasi LBH Jakarta. Tak dinyana, nasib malang menjadikan Yogi sasaran petugas yang lewat. Yogi mengaku setelah terpisah dari kawan-kawannya dalam aksi anti-PKI tersebut, petugas kepolisian sengaja menabrak dirinya menggunakan motor trail.

"(Ditabrak) motor dari petugas (kepolisian) kalau menurut saya sih sengaja. Sudah jauh, saya sudah di Jalan Paseban Raya, jalan pulang. Polisi muter balik, balik arah liat saya, polisi lihat saya, di-perhatiin sama dia (aparat polisi)," ujar dia.

Aparat yang melihat Yogi seperti melihat pelaku kriminal langsung turun menodongkan senjata. Karena sendirian, Yogi mengaku panik dan langsung melarikan diri. "Saya sendiri, dia turun, posisinya megang senjata, sebagai masyarakat biasa agak parno gitu, saya lari, dikejar."

Yogi terus menceritakan, namun suaranya semakin mengecil seperti ketakutan. Ia menjelaskan, aparat kepolisian juga membentak dengan kata "Hei, hei," dan mengejar Yogi yang lari terbirit-birit. "Saya dikejar sama motor itu, kemudian ditabrak, dipukulin, selepas itu saya nggak tau (pingsan)," jelas dia.

Yogi yang belum bisa menunduk, meringis menunjukkan bekas luka di kepalanya yang masih tertutup perban. Yogi juga menderita luka di bagian dada sebelah kiri dan tangan bagian kanan. Yogi mengatakan, luka bagian dada akibat tendangan aparat setelah dirinya jatuh tertabrak motor trail.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement