REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pihak SMA Budi Mulia Bogor akhirnya buka suara, terkait kasus "Bom-boman" ala Gladiator yang menewaskan salah satu muridnya, Hilarius Christian Event Raharja. Pihak sekolah menegaskan, kegiatan bom-boman tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan pihak Yayasan Budi Mulia Lourdes.
"Saya pastikan pihak sekolah tidak tahu menahu soal Bom-boman itu. Dan hal itu dilakukan bukan atas nama sekolah, tapi itu personal saja," ungkap Kepala Sekolah SMA Budi Mulia, Yeni Herdica pada Senin (25/9).
Yeni juga berdalih, kesepakatan yang dibuat pasca tewasnya Hilarius untuk tidak membawa kasus tersebut pada ranah hukum, merupakan kesepakatan yang dibuat oleh pihak keluarga korban dan pelaku. Saat itu, kata Yeni, posisi pihak sekolah hanya bersifat sebagai mediator saja.
"Saya pertegas ya, kalau soal itu (kesepakatan agar kasus diselesaikan dengan kekeluargaan) dulu posisi kami hanya untuk memediasi saja. Kalaupun misal dulu mau di bawa ke ranah hukum, kami siap," lanjut Yeni.
Yeni mengatakan, ketidaktahuan pihak sekolah terkait kegiatan bom-boman yang dilakukan muridnya, disebabkan karena tidak adanya laporan atau keluhan dari siswa ataupun orangtua. Meskipun tarung bom-boman dilakukan di luar sekolah, dan di luar jam sekolah, lanjut Yeni, pihak sekolah tetap memiliki kewajiban moral untuk berempati.
"Bentuk dari empati kami itu, dulu kami berikan santunan pada keluarga korban. Dari mulai biaya RS dan pemakaman, dan biaya doa bersama," kata Yeni menambahkan.
Adapun setelah kasus ini kembali mencuat dan masuk pada ranah hukum, lanjut Yeni, pihak sekolah memastikan akan kooperatif untuk memberi keterangan jika diperlukan.